Apr 29, 2008
Catatan Kecil
Udah dua hari ini aku ngantor lagi. Kemaren berangkat jam 07.40, sampe kantor jam 08.05, bis tu bengong dulu karena belum tahu duduknya di mana. Tadi pagi berangkat jam 07.55, sampe kantor jam 08.30 dan langsung menuju meja kerja.

Selama dua hari ini ada beberapa kejadian yang menurutku agak menarik--di luar pekerjaan itu sendiri yang memang menarik. Di antaranya:

  • Kemaren pulang kantor jam setengah enam lewat, niatnya mau naik P6 atau 46. Nun di sana (di lajur tengah) ada P6 tapi puenuh dan kayaknya susah dijamah. Tiba2 di depan mata ada 66 jurusan Blok M - Manggarai yang biasa aku naikin waktu masih ngantor di BEJ. Naiklah aku ke bus itu, keliling kotalah aku...hahaha! Ngelewatin Kuningan, Pasar Rumput, Manggarai--bis tu naik 62 ke arah Ps. Minggu. Nyampe rumah jam 7 kurang 5. Oh ya, kantorku ini lokasinya di Gatsu sejajar Balai Kartini.
  • Tadi siang, ikut temen2 yang mo jenguk salah seorang temen segrup yang habis melahirkan. Huhuhu bayinya lucu bangettt. Setiap lihat bayi gitu, rasanya gimanaaa gitu. Pingin gendong tapi aku gak pernah brani gendong bayi orang lain--serius!
  • Abi jadi lebih sweet. Udah 2 hari ini neleponin ke HP nanyain mau pulang jam berapa. Khawatir, katanya. Huhuhu...biasanya aku mang usahain gak pernah pulang malem, makanya gak pernah ditelepon. Jadi, pas ditelepon, rasanya gimanaaa gitu.
  • Hari ini aku pulang sambil basah kuyup. Pas keluar kantor jam 6 kurang 10 tadi ujan dereeesss banget--padahal dah pake jaket dan payung. Gagal lagi deh naik P6 ato 46, depan mata dah ada 66 lagi.
  • Pas nyampe rumah, aku disambut dengan kisah lucu yang mengharukan. Hana yang tadi siang nolak bobo ketiduran pas Maghrib. Kata Abi, dia ngigo, bangun sambil merem dan nyariin Bundanya. Huhuhu...mo nangis pas denger crita itu. Dan, kliatan emang dia kangen sih, minta peluk terus.
  • Makan banyak. Biasanya, kalo makan malem, aku gak banyak. Tapi...dah dua hari ini makan malemku kayak kuli. Hahaha...laper berat kali yaaa...
Yah, begitulah keseruan yang terjadi selama dua hari ini. Keep praying for me ya...

Miss u!

Pic: from Wikimu

Labels: , , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 17:16 | Permalink | 0 komentar
Apr 26, 2008
Fase Baru Lagi
Sudah 7 bulan ini aku di rumah. Sibuk mencari order, sibuk menata meja kerja, sibuk menata jadwal, sibuk membina kedisiplinan. Gak bisa dibilang gagal juga sih, dan gak bisa dibilang gak menikmati.

Aku dapat beberapa order menyenangkan yang membuat rekening di bank gak minus hehehe dan aku sangat menikmati berada di rumah seharian, kerja dengan sepotong daster, kerja kapan saja aku mau.



Tapi, Senin besok ini, akan ada yang berubah. Jadwal kerjaku akan sangat teratur, mulai jam 8.30, jam 12 s/d 13 istirahat, jam 17.30 selesai. Aku harus menanggalkan daster dan menggantinya dengan pakaian yang lebih pantas--walau, alhamdulillah, aku nggak harus pake blazer dll, sepertinya dress code-nya kasual. Aku harus meninggalkan rumah. Aku pun harus berjibaku dengan kemacetan di atas motor Abi (perginya) dan di dalam bus (pulangnya)--kata Abi sekali2 akan dijemput juga kalo pas Abi lagi bisa.

Mudah2an, ritme baru ini akan membawaku ke kebahagiaan lainnya, kepuasan lainnya. Toh, aku didukung suami, anak, orang tua dan adik2ku. Yang akan kukerjakan adalah menulis. Niatku pun baik. Jadi, insya Allah, Allah meridhoinya. Amin.

Mungkin, aku nggak akan ngeMPi sesering sebelumnya. Paling malam hari kalau Hana dah bobo atau wiken pas lagi santai2. Tapi, insya Allah aku akan selalu berusaha update myself with the latest news of my dear friends in MP.

Temans, do'ain ya, semoga segalanya dilancarkan--karena proses menuju-nya cukup berliku--, semoga semua jadi baik untukku dan keluarga, dunia dan akhirat. Amin.

*I kinda have this jittery feeling thinking about this new phase of life*

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 05:31 | Permalink | 0 komentar
Apr 25, 2008
Jualan Buku
Semenjak bulan November tahun lalu, aku jualan buku di BukuMurMer.

Gimana rasanya?

Hmm...menyenangkan!

Sejak kecil, aku memang suka buku--dan suka belanja buku. Dan, ternyata, jualan buku juga sama serunya. Ada yang koleksi pribadi, ada yang koleksi temen.

Cuma ya itu, secara aku juga penggila buku, titipan temen suka aku beli sendiri. Hahaha! Apalagi kalo pas buku yang aku cari2 sejak lama.

Untuk yang koleksi pribadi, jujur, aku beraaat banget ngelepasnya. Tapi, aku kembali ke niat awalku ngumpulin buku, yaitu: untuk jadi warisan. Hehehe...iya, aku mo ngewarisin buku buat anak2ku (Hana dan adeknya). Jadi, aku mulai pilih2 buku mana yang pas diwarisin mana yang kurang pas--mudah2an aku nggak salah pilih...hehehe).

Ada buku yang belum kuputuskan mo dilepas atau nggak. Masih menimbang-nimbang perlu diwarisin ato nggak. Biasanya, yang begini karena aku kurang suka buku itu tp khawatir Hana (dan adeknya) suka. Atau, sebaliknya, aku suka tapi gak yakin pas buat diwarisin.

Hahaha! Ribet amat!

Tapi, pokoknya, jualan buku adalah satu hal terindah yang pernah kujalani dalam hidup ini. Seneng kalo ada pembali yang excited dan kalap (hahaha!), bukan dari segi duitnya--walau justru duit (baca: uang) lah yang memicu usaha sampingan ini--, tapi dari segi kepuasan di hati. Karena, aku tau banget rasanya kalo ketemu buku yang kita idam2kan: happy setengah mati!


Mudah2an, dengan segala kesibukan yang ada, aku akan tetap bisa jualan buku. Terlalu manis untuk ditinggalkan!

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 08:34 | Permalink | 0 komentar
Apr 24, 2008
Dalam Memilih...


Aku termasuk orang yang ribet dalam hal pilih-memilih.

Misalnya nih, kalo belanja, maunya keliling2 dulu, coba sana, coba sini, baru ambil keputusan mo beli yang mana.

Iya, nyebelin ya?

Hahaha!

Makanya, kadang aku lebih suka belanja sendiri, jadi nggak ngerepotin orang gitu. Dan, biar nggak sebel dipaksa2 beli sesuatu yang aku nggak suka hanya karena yang nemenin pinginnya buru2.

Pas aku inget2, ya ampun...aku kok kayak seseorang ya? Si Papa! Papaku.

Iya, bener. Aku inget jaman masih kecil. Kalo belanja bareng--terutama pas lebaran--, aku suka sebel karena Papa semua juga dicoba dan lamaaaa banget mutusin mo beli yang mana. Hahaha!

Aku yakin deh, Mama ma adek2ku pernah ngebahas kemiripan ini tanpa sepengetahuanku. Aku aja yang ngehnya baru sekarang2 ini. Hihihi.

Nah, keribetan ini ternyata berimbas pada usaha mencari sekolah buat Hana. Selain yang pas di kantong, aku juga cari yang pas di standarku. Nggak tinggi2 amat sih, tapi yah semua ortu kan maunya ngasih yang terbaik buat anak kan?

Keliling2, nemu 1 yang pas di kantong dan yah cuma 1-2 step di bawah standarku (eh, jangan2 standarku ketinggian ya buat kantongku? hahaha!). Udah ambil formulir tapi belum aku kembaliin juga.

Sampai akhirnya, dikasih info ttg satu sekolah lagi yang serup tapi lokasinya lebih deket. Ke sanalah aku. Yah...kecewa deh. Kualitasnya 3-4 step di bawah standar.

Nah, rencananya hari ini aku mo kembali ke sekolah yang formulirnya sudah aku ambil. Mau kembaliin sekalian mastiin bahwa it's the best school that fits my fund.

Abi cuma sumbang dana, karena mungkin pria yang maunay segalanya serba simpel itu tau istrinya ribet kalo pilih-memilih, jadi menyerahkan keputusan di aku, yang penting sekolah yang Islami aja.

So, now, I gotta get ready...mudah2an gak tergiur lihat sekolah lain. Hahaha!

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 03:11 | Permalink | 1 komentar
Apr 22, 2008
Everything Happens for a Reason
A good reason.

Pernah ada satu kejadian dalam hidupku, dulu sekali. Sebelum mengambil keputusan--waktu itu aku berada di antara dua jalur (A dan B) dan harus mengambil salah satunya--, aku berdo'a memohon agar pilihanku nanti adalah yang terbaik, kalaupun ternyata tidak, aku mohon agar dijauhkan.

Akhirnya aku ambil keputusan B karena jalan ke sana sepertinya diberi kemudahan oleh-Nya.

Tapi, ternyata aku tidak bahagia di jalur itu. Nyesel banget rasanya. Tapi, ya mau gimana, dijalani aja sambil berusaha berpikir pasti semua ada hikmahnya--walau saat itu, berpikir positif begitu kok ya rasanya susaaah banget, yang keluar di otak malah pikiran gak bagus tentang do'aku yang gak dikabulkan oleh-Nya.

Waktu pun bergulir. Ternyata kegagalanku di jalur B justru membuka mataku. Memang bukan di sana tempatku. Maka, kutempuh jalur C. Pada awalnya, jalur itu belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Namun, akhirnya, perlahan-lahan hikmah kegagalan jalur B mulai terkuak dan aku menimati jalur C, sangat menikmatinya.

Aku langsung teringat pikiran kurang bagusku dulu. Teringat do'aku. Aku minta yang terbaik kan? Dan, Allah really works in such a mysterious way. Allah memang memberikan yang terbaik dengan membiarkan aku mengambil jalur B dan gagal di sana. Andai saat itu aku mengambil keputusan A, memang mungkin aku tetap bahagia. Tapi, aku takkan pernah tahu jalur C, jalur yang bisa membuatku jauh lebih bahagia.

Mungkin Allah juga ingin aku belajar lebih dewasa dalam menyikapi hidup dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup.

Sekarang, alhamdulillah, apapun yang terjadi dalam hidupku, aku coba terima dengan ikhlas. Sebagai manusia--dengan segala kekurangan--, kadang aku masih suka gak sengaja berpikir, "Loh, kok gini?" Tapi, pikiranku langsung kuarahkan ke kisahku dengan jalur A, B dan C serta semua hikmahnya. Alhamdulillah, hati jadi jauh lebih tenang.

Kadang, sesuatu terjadi dalam hidup kita dan membuat kita jatuh. Kemudian, kita nggak merasa menemukan hikmahnya. Well, bersabarlah. Karena, mungkin hikmah itu tak terkuak hari ini atau besok. Tapi, memercayai bahwa suatu hari hikmah itu akan muncul--walau berat rasanya--membuat kita lebih tenang dalam menjalani hidup.

*renungan di siang bolong*

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 11:52 | Permalink | 0 komentar
Apr 20, 2008
What a Weekend!
Wiken kali ini penuh air mata.

Diawali dengan kejadian dini hari (Minggu, 20 April, pk. 02.30) yang membuatku teriak-teriak nggak jelas--kata Abi sih begitu.

Hana jatuh dari tempat tidur! Tau-tau ada bunyi duk! Aku langsung melek dan...my baby was on the floor, tengkurep gitu.

Langsung aku teriak, "Ya Allah!"

Jantung rasanya mau copot, kebayang deh kejadian tiga tahun lalu, saat hana masih baru bisa geser2 pake perut (bukan merangkak) dan jatuh gara2 di luar ada orang dari PLN yang keukeuh bilang aku belum bayar padahal semua billing aku daftarin di kartu kredit dan gak pernah masalah. Sebel!

Kata Abi--aku gak sadar juga aku gimana semalem, aku teriak-teriak nanyain mana yang sakit. Sampai Abi harus, "hush...!"

Huhuhu aku tuh gitu emang kalo udah urusan Hana, suka teriak2 gak sadar gitu.

Hana cuma bilang, ini...itu...sambil nunjuk kaki dan kepalanya. Nangis-nangis juga sih--tapi kata Abi karena aku teriak, dia kaget, bukan karena sakit. Hm...bener juga sih, karena abis itu dia tidur lagi, nyenyak pulak sampe aku takut dia pingsan.

"Tadi itu, kalo Bundanya gak teria-teriak, paling dia lanjutin tidur di bawah," kata Abi.

Huhuhu Bapak2 mang gak panikan banget ya, jadi kesannya aku dah yang histeris gak jelas gitu. Sampe Hana tidur, aku masih nangis2. Feeling so guilty karena harusnya itu nggak terjadi.

Tapi, ya mo gimana...Hana belakangan ini mang kalo bobo agak lasak. Padahal dulu waktu kecil nggak. Entah deh kenapa.

***

Pagi hari diawali dengan tenang. Sarapan seperti biasa. Cariin celana panjang Abi karena dia mo anter ambil barang--resiko kerja sendiri ya gitu, wiken juga kudu bergerak...ya nggak, Rin? Bareng Hana nonton acara Jepan--apa tuh yang dulu di RCTI dan sekarang di Global?--karena Hana suka banget dan aku pikir bagus juga sih, bisa jadi contoh kreativitas buat Hana.

Tiba-tiba, ada telepon masuk ke HP. Dari adikku yang kecil, Ucup. Tumben...

"Kak," suara Mama...kok lemes?

Taunya Mama mau kasih kabar tentang salah satu saudara dekat kami yang meninggal dunia. Tiba-tiba, serangan jantung. Langsung lemes deh aku. Cari Najib, adekku nomor 2, yang lagi di warnet karena memang salah seorang anak Almarhum cukup dekat dengan Najib.

Kami sekeluarga berangkat berlima (Aku, Papa, Mama, Najib, Yusuf) dan Hana aku tinggal di rumah dengan Mbaknya dan salah seorang sepupu yang harus ngerjain tugas jadi gak bisa ikut melayat. Sempet lihat tetangga, tapi nggak sempet nyapa karena buru-buru.

Di sana, duh, jantungku seperti diurut-urut. Sedih banget. Ibu Almarhum sudah sangat tua tapi lagi-lagi harus kehilangan anak lelakinya--anak lelakinya yang bungsu sepuluh tahun yang lalu meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, hanya tinggal dua anak perempuannya yang tersisa.

Melihat salah seorang saudara perempuan Almarhum pun begitu. Sepertinya mereka sangat dekat dan sering 'curhat' seperti aku dan Najib.

Melihat anak perempuannya, yang kebetulan sering kudengar ceritanya dari adikku, aku lebih sedih lagi. Rasanya ingin memeluknya lebih lama. Begitu juga saat melihat istri dan anak bungsu Almarhum.

But, he was a very good husband and father. Anak2nya pintar2 dan sopan2. Ia telah meninggalkan keturunan yang baik di muka bumi.

Almarhum sendiri adalah anak dari keponakan Jidahku--tapi usianya hanya beda satu tahun dari Papaku. Keluarga mereka adalah keluarga yang baik dan sangat tulus. Aku yakin, ia berada di tempat yang nyaman sekarang.

Tapi, ya selalu begitu. Masih terasa sedih. Kepergian mendadak seperti itu memang membuat hati lebih ngilu. Aku jadi teringat mantan atasanku yang meninggal tiba-tiba karena serangan jantung. Jadi, sudah dua orang baik yang kukenal yang pegi mendadak dengan sebab yang sama.

It is hard. Tapi, yang harus diingat adalah, ia sudah berada di tempat yang terbaik. Amin.

Labels: , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 20:14 | Permalink | 0 komentar
Apr 17, 2008
Traveler: The Whole Story


Duh, pedihnya. Dah capek2 ngikutin serial 8 episode ini, endingnya bikin menganga. That was it.

Salahku sih. Harusnya aku memang curiga sama minimnya episode serial ini. Tapi, yah sok2 berpikir positif malah jadinya gak kritis.

Barulah setelah bengong liat ending yang cuma begitu, aku ubek2 Oom Google, klik-klak Oom Wiki, and ended up HERE.

Sambil mbaca2, aku ngebayangin episode2 lanjutannya. Ah, sayang...padahal kalo sampe dilanjutin, seru kayaknya.

Hiks!



Labels:

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 20:54 | Permalink | 0 komentar
Traveler (Malam Ini Terakhir)


Semalem, seperti biasa, jam 20.30, aku duduk manis di depan TV. Sementara, Hana dah bobo dan Abi asik dengan komputernya.

Tapi, aku nggak bisa duduk manis terus. Tegang, seru, panik, heboh. Berdiri. Duduk. Berdiri lagi. Duduk lagi. Terus begitu.

Apalagi pas ending, pas Jay kepergok mobil polisi, terus ada Agent Marlow dan tiba-tiba Tyler muncul sambil nodong polisi, dan...ini nih bagian yang aku sampe cubit2in Abi...Will muncul sambil nodongin pistol ke Agent Marlow!

Waaaahhh...I really can't wait 'til tomorrow! Penasaran! Penasaran! Dan penasaran!

Jantung rasanya mo copot. Hihihi...

Menurut orang banyak sih pasti gak perlu gitu2 banget kali ya. But, it's me, yang biasanya nonton yang romance2 gitu, atau drama2an. Jadi, pas nonton yang model begini, pastinya jadi heboh gak jelas. Hahaha...

BTW, tadi sempet nyari2 di YouTube, dapet ini...but still, can't wait 'til tonight!


Labels:

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 07:42 | Permalink | 0 komentar
Apr 11, 2008
Menggandeng / Berjalan dengan Anak di Jalan


Kegelisahan 1:

Dua hari yang lalu, aku lihat anak umur sekitar dua tahunan lagi digandeng ibunya di jalan yang muat satu mobil. Si ibu melenggang di dekat pagar sementara si anak justru di tengah jalan.

Kegelisahan 2:

Kemarin sore, di trotoar jalan raya, ada seorang lelaki (aku ragu itu bapaknya) menggandeng seorang anak berusia sekitar satu setengah tahunan. Memang si anak berjalan di dekat pagar sementara si bapak lebih ke dekat jalan. Di belakangnya ada dua perempuan yang mengikuti (tapi aku nggak yakin salah satu dari mereka adalah ibunya). Dan, ketiga orang dewasa itu mengenakan alas kaki. Sementara, si anak TIDAK pakai alas kaki!

Kegelisahan 3:

Tadi pagi, di trotoar jalan raya, ada seorang ibu menggandeng seorang anak. Dan, si anak TENTU SAJA berjalan di dekat jalan raya!

Kenapa gelisah?



Ya gelisah dong! Sebenarnya bukan baru-baru aja aku gelisah begini. Sudah lama. Bakan sejak aku belum punya anak. Gemeees banget kalau lihat ibu-ibu atau bapak-bapak menggandeng atau jalan bareng anaknya tapi si anak justru di tengah atau lebih dekat ke jalan sementara dia lebih dekat ke tepian -- duh kok susah ngejelasinnya, pokoknya gitu deh, ngerti kan?

Kenapa sih mereka begitu? Apa mereka nggak takut anak yang masih kecil itu keserempet motor kah atau mobil kah? Atau mereka nggak sadar?

Aneh!

Karena, aku aja setiap jalan dengan Hana selalu mengusahakan Hana di tempat yang lebih aman. Atau, kalau dia lagi jalan dengan Mbaknya, aku juga selalu ingetin si Mbak supaya Hana dideketin ke pagar.

Soal anak yang nyeker itu. Masa' sih tega ngebiarin anak sendiri gak pakai alas kaki padahal lagi ujan dan becyek. Kan dingin! Duh, jadi esmosi!

Atau...aku aja ya yang berlebihan? What do you think?

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 06:34 | Permalink | 0 komentar
Apr 10, 2008
Traveler di Trans7


Semenjak hari Senin aku nongkrongin TV sambil main "ABC Pancasila ada Berapa" sama Hana. Di Trans7 kebetulan ada Look Who's Talking. Cool! Hana ikutan nonton karena dia suka liat anak-anak kecil bule bersuara orang besar itu.

Tapi, ada yang lebih cool lagi. Sambil bersih-bersih dan nyiapin Hana tidur, aku intip-intip film sesudahnya. Kirain sih film lepas juga. Wah, taunya serial! Seru pulak!

Jadilah aku mantengin TV setiap hari sambil nemenin Hana main (biasanya mah cuek banget sama TV).
Abi sampe heran, "Tumben suka film kayak gitu..."
Jangan salah, Bi. Yang satu ini seru. Udah lama nggak nemu serial kayak gini. Apalagi ikutin dari awal. Rasanya nggak mau banget ketinggalan satu episode sekalipun.
Pas cari tau di rumahnya Oom Google, ketauan kalo serial ini garapannya David Nutter yang pernah garap "The X-Files." Terang aja!

Nggak sabar nunggu nanti malem...



Labels:

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 05:24 | Permalink | 0 komentar
Apr 8, 2008
I Can't Live...
I cant live
If living is without you

I can’t live
I can’t give anymore

*this song is dedicated to MULTIPLY*

Tadi pagi esmosiiii banget gara2 MP gak bisa diakses. Sebenernya kayaknya dah dari kemaren sore, tapi secara dah pas mo pulang, masih belom esmosi.

Beberapa temen nggak ngeh kalo itu karena blokiran akibat selebaran MenKomInfo. Mereka kira cuma karena lagi down atau apa.

Tapi, untunglah, aku punya temen yang ok banget (baca: Rini aka Rinurbad) yang langsung kasih solusi. Habis tu, temen2 yang lain, Mas Tian, Rani, Oom Hnif, Orin, mereka juga kasih tau ttg cara mbuka MP dari spysurfing.

Alhamdulillah, sekarang malah dah bisa akses langsung dan gak pake spysurfing.

Multiply...
I can't liiiive...if living is withou youuuuuuu...

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 08:46 | Permalink | 0 komentar
Apr 7, 2008
From WAHM to WAOM
Enam bulan yang lalu, keputusan WAHM menimpaku karena perusahaan tempatku kerja tutup. Karena aku dan suami mesti bahu-membahu dalam hal perekonomian keluarga, maka di rumah aku juga 'kerja' dengan menulis.

Awalnya terasa aneh. Perlu banyak penyesuaian. Terutama karena Abi juga kerja dari rumah--walau kadang harus antar barang atau ketemu orang di luar rumah. Secara kami kerja dengan komputer, untuk menghindari 'rebutan', Abi beli satu set komputer lagi. Tapi, masalah nggak berakhir di situ. Hana juga ternyata minta jatah waktu untuk 'kerja' (baca: main di situs pbskids atau ngetik-ngetik di Word).

Intinya, perlu banyak cara untuk menyiasati keadaan.



Pertengahan bulan lalu, ada lowongan. Di situ, ditulis bahwa ada kemungkinan pekerjaan dilakukan secara remote alias dari rumah. Maka, kukirimlah lamaran. Dipanggillah. Sekali. Dua kali. Dan, ketiga kali, user-nya langsung bilang, "Welcome aboard." Tapi, pekerjaan masih harus dilakukan di kantor. Hmmm...tapi, kata sang user, kerjaanku nantinya itu nggak perlu lembur. Hmmm...sounds good enough.

So, aku agak-agak excited dan deg-degan. Karena, setelah enam bulan di rumah, aku harus berjibaku lagi dengan macetnya ibu kota (karena sebelumnya kantorku deket rumah, jalan kaki...hehehe), dengan working hours yang lebih teratur (di rumah, jam kerjaku agak serabutan, tergantung waktu luang aja di antara ngurus suami dan anak), dengan ritme baru, dengan suasana baru, dll.

Hana awalnya menunjukkan ketidaksetujuannya waktu aku 'minta ijin' ke dia untuk kerja kantoran lagi. Dia bilang, "Kerja di rumah aja. Bisa kan?" sambil melirik ke meja kerjaku yang persis menghadap jendela.

"Bisa memang. Tapi, kan Hana mau masuk TK, mau sering jalan-jalan, mau beli mainan."

"Mau beli coklat! Mau beli sepeda!" tambahnya semangat.

"Nah..."

"Ya udah deh, Bunda boleh kerja. Nanti Hana nunggu di rumah sama Jidah Emma."

"Tapi, promise ya, Na. Don't be naughty and be a good..."

"Girl! Tapi, Bunda janji juga ya, bawain oleh-oleh kalau pulang kerja. Nanti Hana do'ain deh supaya Bunda banyak rejeki."

"Amin. Insya Allah ya, Na."

Maka, dengan ijin suami dan anak, insya Allah minggu depan aku mulai di tempat baru. Tapi, minggu ini, aku lagi bantu orang dengan sebuah project karena yang biasa nanganin lagi cuti. Yah hitung-hitung latihan lah buat aku, Abi dan Hana.

Aku latihan tahan menghadapi keganasan jalanan Jakarta di pagi hari (serem booo dah lama nggak dibonceng di jalan rame), Abi latihan nganter ke kantor dengan motornya, Hana latihan bangun lebih pagi dan melepas aku jalan kerja setelah dianter ke rumah Mama.

Hope this can be a new beautiful beginning for the three of us. Amin.

Labels: , , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 08:22 | Permalink | 1 komentar
Apr 2, 2008
Tentang Abi dan Teh
Banyak hal yang baru kuketahui tentang Abi setelah kami menikah--padahal masa perkenalan kami cukup lama, 1 tahun 10 bulan.

Salah satu yang bikin heran adalah tentang TEH.



Memang, saat Abi ngapel dulu, aku jarang menghidangkan teh. Lebih sering sirup, soft drink, kopi atau susu coklat kesukaannya. Jadi, saat aku harus menyiapkan teh hangat setiap hari sebagai teman sarapan sang suami, aku terheran-heran.

Kenapa kah? Karena, ternyata Abi sangat CEREWET untuk urusan teh. Kurang kental, kurang pas, dan kurang-kurang lainnya.

Susah juga, karena aku pada dasarnya peminum segala. Teh kayak apa juga asal manis bisa kuhirup dengan lezatnya. Maka, aku bertekad untuk bereksperimen dengan teh.

Setelah interogasi sedikit, terungkaplah bahwa Abi suka teh yang kental dan beraroma melati. Sementara, aku paling nggak suka teh melati. Kacau.

Tahun pertama perkawinan, aku menyiasati dengan membeli dua jenis teh. Satu pak teh celup biasa dan satu pak lagi teh bubuk aroma melati. Untukku cukup celupan teh biasa, sementara untuk Abi, aku mencampur teh celup dan teh melati--karena teh melati saja kurang kental.

Semua beres. Aku mulai mengajarkan asisten di rumah cara penyajian teh sempurna ala Abi. Gagal! Tak ada satu cangkir pun yang lewat dari komen pahit Abi. Maka, urusan teh-mengeteh kembali ke tanganku.

Waktu berlalu. Dan, ternyata aku terpengaruh. Aku mulai juga meracik teh ala aku. Teh celup plus sedikit teh melati. It's not as bad as I thought. Ya, aku mulai menyukai racikan teh melati.

Saat ini, sudah hampir lima tahun kami berumah tangga. Dan, yah, aku pun menjadi pecinta teh (baca=pilih-pilih dan cerewet kalau berurusan dengan teh). Aku mulai bisa membedakan mana teh yang enak dan mana yang kurang pas.

Pertengahan bulan lalu, aku membeli teh rasa vanila (teh bubuk), sekedar untuk coba-coba. Kucampur-campur dengan teh celup dan teh melati, kadang hanya dengan teh melati. Dan, wow! Rasanya mantab!

"Bi, gimana racikan teh yang ini?"

"Enak!"

Yes! Akhirnya ketemu juga rasa teh yang kami berdua suka. Maka, tiap pagi, aku meracik teh untuk kami sekeluarga. Memang repot karena aku harus menyeduh beberapa jenis teh. Tapi, rasanya yang ok dan aromanya yang sip membuatku rela sedikit bersusah payah.

Hana juga ikut minum teh. Tapi, untuk si Kriwil aku buatkan yang encer, kadar tehnya mungkin hanya 20% (bahkan kurang). Si kocak satu itu memang sudah terlihat bakat pencinta tehnya sejak kecil. Ada satu tempat yang sering kami kunjungi dan menyediakan lemon tea yang enak, Hana tahu itu. Dan, dia sering mengajak kami ke sana hanya untuk minum teh itu.

Gak disangka, ternyata ada juga persamaanku dengan dua Gemini itu (Abi dan Hana). TEH.

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 15:09 | Permalink | 0 komentar
Apr 1, 2008
Melepaskan Kemewahan

Selama enam bulan ini, ada sebentuk kemewahan yang nggak bisa dinilai dengan uang. Aku punya waktu sebanyak-banyaknya untuk main dengan Hana walau kadang karena deadline, si Kriwil itu harus aku titip ke Mama.

Tapi, kayaknya dalam waktu dekat ada kemungkinan aku harus melepaskan kemewahan itu.

Susah memang. Tapi, kalopun aku melakukannya, itu juga demi Hana.

Maaf ya, Na. Tapi, Bunda janji, kita tetep bisa guling2an pas bangun pagi, kita tetep bisa baca buku pas mo bobo.

Huhuhu...I miss you already, Cinta...

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 13:25 | Permalink | 0 komentar