Apr 20, 2008
What a Weekend!
Wiken kali ini penuh air mata.

Diawali dengan kejadian dini hari (Minggu, 20 April, pk. 02.30) yang membuatku teriak-teriak nggak jelas--kata Abi sih begitu.

Hana jatuh dari tempat tidur! Tau-tau ada bunyi duk! Aku langsung melek dan...my baby was on the floor, tengkurep gitu.

Langsung aku teriak, "Ya Allah!"

Jantung rasanya mau copot, kebayang deh kejadian tiga tahun lalu, saat hana masih baru bisa geser2 pake perut (bukan merangkak) dan jatuh gara2 di luar ada orang dari PLN yang keukeuh bilang aku belum bayar padahal semua billing aku daftarin di kartu kredit dan gak pernah masalah. Sebel!

Kata Abi--aku gak sadar juga aku gimana semalem, aku teriak-teriak nanyain mana yang sakit. Sampai Abi harus, "hush...!"

Huhuhu aku tuh gitu emang kalo udah urusan Hana, suka teriak2 gak sadar gitu.

Hana cuma bilang, ini...itu...sambil nunjuk kaki dan kepalanya. Nangis-nangis juga sih--tapi kata Abi karena aku teriak, dia kaget, bukan karena sakit. Hm...bener juga sih, karena abis itu dia tidur lagi, nyenyak pulak sampe aku takut dia pingsan.

"Tadi itu, kalo Bundanya gak teria-teriak, paling dia lanjutin tidur di bawah," kata Abi.

Huhuhu Bapak2 mang gak panikan banget ya, jadi kesannya aku dah yang histeris gak jelas gitu. Sampe Hana tidur, aku masih nangis2. Feeling so guilty karena harusnya itu nggak terjadi.

Tapi, ya mo gimana...Hana belakangan ini mang kalo bobo agak lasak. Padahal dulu waktu kecil nggak. Entah deh kenapa.

***

Pagi hari diawali dengan tenang. Sarapan seperti biasa. Cariin celana panjang Abi karena dia mo anter ambil barang--resiko kerja sendiri ya gitu, wiken juga kudu bergerak...ya nggak, Rin? Bareng Hana nonton acara Jepan--apa tuh yang dulu di RCTI dan sekarang di Global?--karena Hana suka banget dan aku pikir bagus juga sih, bisa jadi contoh kreativitas buat Hana.

Tiba-tiba, ada telepon masuk ke HP. Dari adikku yang kecil, Ucup. Tumben...

"Kak," suara Mama...kok lemes?

Taunya Mama mau kasih kabar tentang salah satu saudara dekat kami yang meninggal dunia. Tiba-tiba, serangan jantung. Langsung lemes deh aku. Cari Najib, adekku nomor 2, yang lagi di warnet karena memang salah seorang anak Almarhum cukup dekat dengan Najib.

Kami sekeluarga berangkat berlima (Aku, Papa, Mama, Najib, Yusuf) dan Hana aku tinggal di rumah dengan Mbaknya dan salah seorang sepupu yang harus ngerjain tugas jadi gak bisa ikut melayat. Sempet lihat tetangga, tapi nggak sempet nyapa karena buru-buru.

Di sana, duh, jantungku seperti diurut-urut. Sedih banget. Ibu Almarhum sudah sangat tua tapi lagi-lagi harus kehilangan anak lelakinya--anak lelakinya yang bungsu sepuluh tahun yang lalu meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, hanya tinggal dua anak perempuannya yang tersisa.

Melihat salah seorang saudara perempuan Almarhum pun begitu. Sepertinya mereka sangat dekat dan sering 'curhat' seperti aku dan Najib.

Melihat anak perempuannya, yang kebetulan sering kudengar ceritanya dari adikku, aku lebih sedih lagi. Rasanya ingin memeluknya lebih lama. Begitu juga saat melihat istri dan anak bungsu Almarhum.

But, he was a very good husband and father. Anak2nya pintar2 dan sopan2. Ia telah meninggalkan keturunan yang baik di muka bumi.

Almarhum sendiri adalah anak dari keponakan Jidahku--tapi usianya hanya beda satu tahun dari Papaku. Keluarga mereka adalah keluarga yang baik dan sangat tulus. Aku yakin, ia berada di tempat yang nyaman sekarang.

Tapi, ya selalu begitu. Masih terasa sedih. Kepergian mendadak seperti itu memang membuat hati lebih ngilu. Aku jadi teringat mantan atasanku yang meninggal tiba-tiba karena serangan jantung. Jadi, sudah dua orang baik yang kukenal yang pegi mendadak dengan sebab yang sama.

It is hard. Tapi, yang harus diingat adalah, ia sudah berada di tempat yang terbaik. Amin.

Labels: , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 20:14 | Permalink |


0 Komentar: