Mar 25, 2008
Pengen curhat...
Cuma sayang, hal yang pengen dicurhatin kayaknya justru gak bisa dishare ke orang banyak.

Percaya ato nggak, dr td pagi, ini udah kali keempat aku buka halaman 'compose' tapi mudah2an ini kali terakhir aku tutup tab tanpa save ato publish jurnalnya.

Yah, begitulah, ada dua hal yang sebenernya perluuu banget aku tumpahin, tapi kalo sampe tumpah, justru efeknya malah bikin repot. Jadi, dengan sok bijaksana, aku memutuskan untuk cuma ngalor-ngidul gak jelas aja di jurnal ini.

Intinya, aku tipe orang yang gak suka konflik...dan salah satu urusan yang ada justru 80% punya kecenderungan ke arah konflik--sebenernya ini urusan org lain, tapi tanganku ditarik masuk ke dalamnya, tangan yang satu sedang menggapai2 mencari pertolongan. Urusan yang lain ringan2 enteng tapi ada sedikit kecenderungan ke arah konflik juga--tp mudah2an aku salah, amin.

Yah, begitulah...

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 16:24 | Permalink | 0 komentar
Mar 20, 2008
Hana dan Biduran


Episode sakit mata a.k.a belekan belom selesai, tapi episode biduran tiba2 muncul begitu saja. Aku yang tadinya berusaha gak panik, jadi terpaksa panik.

Akhirnya nyadar kalo panik doang gak mengubah apapun, aku browsing2 lagi di milis SEHAT. Dan, nemulah artikel hives ini di Mayo bersadarkan info yang ada di milis.

Setelah puas baca2 artikel lainnya ttg hives di Mayo, aku ubek2 lagi archive milis dan nemu beberapa bunga rampai Dr. Wati yang menyatakan kalo anak biduran yang sampe parah boleh aja dikasih CTM. Supaya yakin, aku telp sahabatku yang dokter gigi, Andini. Dini juga bilang gak apa, 1/4 aja katanya.

Aku telp Mama buat ngeyakinin sekali lagi dengan berharap si Mama bisa telp temennya yang dokter atau anak temennya yang lain yang juga dokter. Kalo nelpon temennya Mama gak enak karena dah malem (pdhal beliau tinggal di sebelah rumah, kayaknya sih gak apa cuma takut ganggu, kali besok pagi mo main juga ke sebelah, mo tanya2). Akhirnya nelpon anak temennya, tapi ternyata sekeluarga lg pada liburan.

Mama yang kuatir banget ma cucunya langsung meluncur ke rumah (cuma beda 6 rumah sih) sambil bawa buku ttg obat koleksi Mama. Setelah liat cucunya masih lompat2an baru si Mama berasa tenang dan malah beberes baju2 Jidah.

Aku yang masih maju-mundur soal CTM akhirnya nelpon kakak ipar, kali2 anaknya pernah dapet CTM. Ternyata pernah jaman dahulu kala di racikan puyer anak pertamanya (waktu itu belum ada milis SEHAT). Kakak ipar malah bikin aku tambah ragu.

Tapi, liat Hana kegatelan gitu juga gak tega. Akhirnya, sebelum bobo aku kasih juga 1/4 sambil bareng ngucap "Bismillah." Sekarang si Kriwil lagi bobo. Abi lagi ambil barang. Aku harusnya nulis (baca: kerja) tapi butuh ngeMPi buat ngilangin stress. Yah beginilah pekerja rumahan, orang2 lg pada libur kita malah ubek2an ma kerjaan hehehe...

Mudah2an besok ada kejelasan tentang kenapa si Han2 kecilku. Penasaran apa yang bikin dia biduran. Hm...kayaknya sih alergi dingin krn dr tadi pagi dia sempet nyebut2 kedinginan. Tapi, ini aneh, secara Hana biasanya gak betah gerah2an, maunya dingin2an. Abinya duluuu banget ternyata pernah biduran juga tapi lupa kenapa dan penanganannya gimana. Aku lagi nyatetin apa2 aja yang dah dimakan si Putri Han2 selama seharian ini, soalnya bisa jadi triggernya dari makanan juga.

Kalo anak sakit rasanya badan berasa pada sakit, padahal si anak mah masih lari2an, lompat2an, nari2...

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 19:25 | Permalink | 0 komentar
Hana dan Sakit Mata
Waktu umur 1,5 tahun, Hana pernah kena sakit mata, ketularan Mbaknya yang entah ketularan siapa gitu. Akibatnya serumah sakit mata, kecuali aku. Kok bisa? Soalnya aku menahan diri gak cium Hana (dan sumpah kangennya ampun2an, di depan mata tp gak bisa dicium2), pake bantal khusus yang gak nyampur ama bantal Hana n Abinya, menjaga daya tahan tubuh (minum vitamin, makan buah, dll), sering cuci tangan (kalo gak pake sabun ya pake antis n temen2nya) dan menjaga bgt supaya tangan gak nyentuh mata barang sedikit pun.

Eeehh setelah hampir 2 tahun berlalu, tiba2 akhir minggu lalu mata si Han2 belekan gitu. Gak merah sih, cuma belek aja dan beleknya juga gak banyak. Udah serem aja deh, soalnya awal minggu ini aku ada janji sama orang. Terpaksa semua acara pencegahan yang aku tulis di atas aku ulangi lagi (dan sekarang lagi kangen banget sama Hana).



Seperti biasa, aku selalu lari ke milis SEHAT kalo ada apa2 dengan Hana. Pas banget karena ada yang memang lagi ngebahas tentang sakit mata. Dan tahulah aku bahwa ada obat mata (yang sebenarnya bukan obat tetes biasa melainkan antibiotik) yang ber-steroid (steroid ini 'jahat' krn efek sampingnya bisa menyebabkan glaukoma) dan ada yang nggak.

Aku juga jadi tau kalo penyakit mata itu ada yang disebabkan bakteri (yang perlu dikasih antibiotik) dan ada yang disebabkan oleh virus (ini gak perlu antibiotik).

Jamannya Hana sakit mata pertama kali itu aku udah sering ubek2 milis SEHAT tapi masih takut2 ngikutinnya. Jadi, kadang masih apa2 n dikit2 ke dokter. Tapi, sekarang ke dokter kalo emang diperlukan aja dan kalopun iya, aku bakal lebih kritis.

Bukan mo promosi milis, tapi cuma pingin berbagi pengetahuan aja. Seperti yang aku kutip dari sini:

Kemitraan orang tua ("pasien") dengan dokter merupakan salah satu komponen penting dalam membesarkan anak. Namun demikian, kemitraan hanya bisa terwujud apabila kedua belah pihak sepakat bekerjasama, mengatur langkah agar tercipta suatu harmoni yang indah. Langkah yang harmonis hanya dapat tercipta apabila konsumen kesehatan juga menyadari kewajiban mereka untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dasar kesehatan. Konsumen kesehatan yang baik menyadari bahwasanya kesehatan merupakan tanggung jawab bersama sehingga tidak menyerahkan seluruh beban ke pundak tenaga kerja.

Oh ya, ini hasil ubek2 dan konsultasiku di milis mengenai belekannya Hana:

Dari dr.Rozalina L Zulkarnain,SpM:

Untuk mata merah yang belekan, bisa disebabkan oleh virus atau bacterial. Membedakannya bisa dilihat dari bentuk belekannya. Kalau belekannya watery, jernih, agak lengket maka bisa dipastikan ini karena virus. Terapinya self limited (yang penting meningkatkan daya tahan tubuhnya) dan ditetesi normal saline untuk menyamankan kondisi permukaan mata. Dan jangan lupa..bersihkan sekret (kotoran) mata sesering mungkin ! Untuk yang belekannya purulen, kuning, biasanya karena bakteri. Nah untuk ini pengobatan dengan antibiotika diperlukan. Dokter mata biasanya akan memberikan pengobatan dengan antibiotika secara empiris. Memang tidak dengan kultur dulu (karena nunggu hasil kulturnya 1 minggu, sedangkan perjalanan penyakit hanya 4-5 hari), nanti kelamaan nunggu hasil kulturnya-padahal pengobatan bacterial conjunctivitis harus cepat agar tidak mengakibatkan komplikasi infeksi kornea yang mempengaruhi penglihatan. Jadi saran saya sebagai dokter mata, apabila dilihat dari discharge (belekannya) tidak kuning-kehijauan dan kental, maka ini disebabkan virus. Cukup kompres mata dengan kompres hangat- bersihkan kotoran mata sesering mungkin dengan kapas basah dan tetesi dengan normal saline 5-6 kali sehari. Jangan lupa tingkatkan daya tahan tubuh ya.


--------------------------------------------


Dari Dr. Apin:

From: Arifianto Apin
sekarang saya coba jawab lebih lengkap berdasarkan hasil browsing ya. Pertama, membedakan antara konjungtivitis akibat virus, bakteri, dan alergi (saya ambil dari pediatric on call): 1. Bacterial conjunctivitis:- It is seen as a pink eye. It affects both the eyes usually and leads to thick discharge of mucus from both the eyes. 2. Viral conjunctivitis: - Is a limited condition. It usually affects one eye and causes excessive tearing. The discharge is usually mild. 3. Allergic conjunctivitis:- It results in excessive tearing from the eyes and itching & redness in the eyes. It may sometimes be associated with a runny nose. 4. Opthalmia neonatorum:- Is conjunctivitis in the newborn. It requires emergency care and the neonatologist (physician caring for the baby) should be consulted immediately. It has to be treated urgently to prevent permanent eye damage or blindness. It is usually caused when the infant is exposed to the germs in the mother's birth canal. Gonococcus, C. trachomatis and herpes virus are the common causes. Yang jelas membedakan konjungtivitis virus dan bakteri agak sulit, lihat saja kata-kata di atas yang digunakan adalah 'usually'. Namun secara umum kalau 'belekan'-nya banyak dan lebih dari sehari belum> sembuh, kita curigai akibat bakteri. Non-prescription eye drops are needed for viral conjunctivitis. Antibiotic eye drops are required for bacterial conjunctivitis. Allergic conjunctivitis require steroid eye drops. However, do not use them without consulting your doctor. Kalau dari tanda dan gejala anaknya Mbak Susi, tidak mengarah ke alergi, paling mungkin akibat virus dan/atau bakteri. Bisa diberikan antibiotika topikal (tetes/salep mata) untuk akibat bakteri. Yang perlu diingat (diambil dari AAP): These viral infections tend to clear up on their own in a few days. Your doctor may prescribe an antibiotic - either eyedrops or an ointment - for bacterial conjunctivitis; make sure your child uses the antibiotic for the prescribed time period, even if the symptoms disappear. Two adults may be needed to administer the drops: one to hold the eye open and reassure the child while the other adult actually puts the drops in the eye. Also, periodically wash the eyelids, using a cotton ball soaked in warm water, to keep them from sticking together. Keep your child home until her eyes no longer have a discharge. Jadi selain memberikan antibiotika, jangan lupa rajin membersihkan kotorannya. Mengenai kekhawatiran penggunaan antibiotika yang menyebabkan resistensi, belum ada bukti yang kuat mendukung. Jadi boleh saja memberikan antibiotika topikal ini (tapi tanpa steroid ya, karena tidak ada panduan yang mengatakan pemberian steroid pada konjungtivitis bakterialis). Lainnya dalam jurnal Lancet Juli 2005 menunjukkan Most children presenting with acute infective conjunctivitis in primary care will get better by themselves and do not need treatment with an antibiotic. Kalau mau baca Randomized Control Trial-nya di sini: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed&list_uids=1\
5993231&dopt=Citation
Sedangkan EBM-nya di sini: http://www.clinicalevidence.com/ceweb/conditions/eyd/0704/0704_I1.jsp Dari gambaran tanda dan gejala yang Mbak Susi sampaikan, anaknya mengalami konjungtivitis virus (disebabkan oleh virus). Diagnosis lainnya adalah konjungtivitis bakteri (disebabkan oleh bakteri). Sulit sekali membedakan antara kedua jenis konjungtivitis ini. Tapi biasanya kalau baru hari pertama, masih dicurigai akibat virus dahulu, sehingga pengobatannya lebih ke arah membuat anak merasa nyaman (sering-sering membersihkan kotoran matanya, mengompresnya dengan air hangat/dingin agar merasa nyaman). Namun jika berkepanjangan, sehingga dicurigai sebagai konjungtivitis bakteri, diberikan tetes mata yang mengandung antibiotika, salah satu yang tersering adalah kloramfenikol. Tidak perlu yang mengandung campuran steroid, cukup yang mengandung antibiotika saja. Bisa dilihat di kemasan obatnya. Demikian quick reply saya, berdasarkan ilmu yang masih saya ingat. Belum cek lagi seandainya ada update. Mari kita sama-sama browse di MayoClinic, AAP, atau WHO dengan keyword: 'conjunctivitis'. Konjungtivitis alergi tandanya lebih ringan dibandingkan dengan kedua di atas. Bila dihindarkan dari pencetusnya, mata tidak akan berair dan bengkak. Sekiranya jawaban saya ini layak di-posting ke milis, silakan di-posting agar bisa sharing dengan SPs yang lain. Maklum, saya jarang memantau milis dalam sebulan terakhir karena kesibukan di luar. Regards, Apin

Dan, masih banyak lagi hal lainnya. Cuma, saranku, sebelum 'nanya' ke milis, ubek2 dulu di search-nya. Kadang ada pertanyaan kita yang udah ditanyain sama anggota milis lainnya. Kalo gak ada ato kalo jawabannya kurang memadai, barulah nanya, supaya lebih efektif jalur thread di milis itu.

Thanks buat kakak iparku, Kak Ella, yang memperkenalkan milis ini ke aku. Thanks juga buat Dr. Wati dan dokter2 hebat lainnya.

Labels: ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 08:23 | Permalink | 0 komentar
Mar 19, 2008
Proyek Terjemahan yang Bikin Gemezzz!
Aku memang jarang nerjemahin dari Indonesi ke Inggris. Seringnya Inggris ke Indonesia. Tapi, bukan itu masalahnya.

Kali ini yang aku terjemahin bersifat teknis banget--tapi ini bisa disiasati dengan mengubek2 Oom Google. Yang ribetnya adalah...bahasa Indonesia yang digunakan dalam teks itu berantakan.

Huhuhu...

Kadang jelas SPOK-nya, kadang kabur. Kadang anak kalimat dan induk kalimatnya tumpang tindih gak jelas. Kadang pemakaian kata kerja, kata benda dan kata sifatnya gak tepat.

Jadi, yang susah bukan proses penerjemahannya, tapi pemahaman teksnya.

Rasanya pingin ngerapihin naskah itu deh. Tapi, malah makan waktu banyak. Lagian, gak guna juga, secara naskah Indonesianya toch dah dicetak sejak lama. I wish orangnya nyuruh aku ngedit dulu jadi nerjemahin ke Inggrisnya gak bikin tujuh keliling.

Aih...gemezzz!

*Harusnya aku lagi nerjemahin nih, tapi aku butuh waktu sejenak buat nenangin diri*

Labels: , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 09:46 | Permalink | 0 komentar
Mar 16, 2008
Ide Baru untuk Perombakan Naskah yang Ditolak


Minggu lalu, aku dapat kabar kalo dua naskah yang kukirim awal tahun ini ke dua penerbit berbeda ditolak. Iya, dua-duanya.

Yang satu katanya sebenarnya naskahnya bagus tapi penerbit itu lagi nggak nerbitin genre yang sama dengan novelku, lagi fokus ke genre tertentu yang sepertinya memang lagi booming.

Yang satunya lagi dengan jujur mengakui bahwa naskahku masih banyak kekurangan di sana-sini dan sang editor memberi masukan yang bener2 keren. Kritik2nya membangun dan bikin aku semangat.

Untuk naskah yang pertama, aku endap dulu. Sementara yang kedua mang aku niatin untuk utak-atik lagi.

Karena waktunya gak pernah ada--di samping itu, aku juga lagi asik bikin novel remaja--yang paling nggak menurutku ser--di sela-sela ngerjain kewajiban ke klien.

Tapi, waktu mbaca jurnal Rini yang ini, keinginanku untuk memerbaiki naskah kedua itu makin menggebu-gebu. Apalagi setelah pagi ini muncul ide baru. Aku lagi memertimbangkan salah satu bentuk perubahan yang cukup besar dan kesesuaian naskah itu kalau dikirimkan ke penerbit lain.

Kalo lagi bersemangat gini, rasanya kayak anak kecil abis nemuin permainan baru!

Wah...ini bukan pertama kalinya aku 'terbakar' semangat setelah membaca tulisan-tulisan Rini. She can be a good motivator for writers!

Thanks, Jeng Rin!

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 05:04 | Permalink | 0 komentar
Mar 13, 2008
After the Tooth Has Gone...















Finally, I got rid of that bloody tooth! --> terang aja bloody, dicabut ya pasti berdarah!

Huhuhuhu...

Yang sebelumnya AKAN, kini menjadi SUDAH.

Yup, tadi siang akhirnya jadi juga aku cabut gigi. Kmaren sore coba telp sahabatku yang dokter gigi buat tanya-tanya tentang acara pencabutan. Dia menyarankan aku pake dokter yang hari Rabu malam aja, dosennya katanya, pinter dan jago. Tapi, smalem gak ada yang bisa anter. Jadi, aku sempet mikir buat nunggu sampe minggu depan.

Tadi pagi, aku ngerasain lagi kalo si gigi berdarah. Huhuhu...I don't think I can wait another week. Kutelepon rumah sakit dan daftar untuk dokter hari ini, siapapun itu.

Jam 12 kurang 15 menit, aku dan Abi jalan ke sana. Seperti biasa, dibonceng. Tapi kali ini gaya, aku pake kaca mata item yang dulu sempet ilang dan baru aja ketemu lagi (sungguh info nggak penting!).

Nyampe di sana, aku ditensi dulu. 90 / 60. Rendah. Akhirnya dokter--yang menurut taksiranku baik hati dan ternyata benar--menyarankan aku makan siang dulu. Hua! Nggak napsu makan kali, Dok. Akhirnya aku beli 2 arem2 enak yang dulu sering aku beli waktu lagi periksa kehamilan. Cuma abis 1,5. Sisanya dimakan Abi. Padahal kalo dalam keadaan normal, aku bisa abis 3!

Dan, tibalah saat eksekusi. Tegaaaang banget!

Disuntik. Pertama: gak sakit. Kedua: masih nggak sakit. Ketiga: huaaaaaaa sakit!

"Aaaaaa..." teriakku lirih (teriak mah di mana2 kenceng ya?)

"Oh, iya, Bu, boleh kok sambil nyanyi, mungkin bisa menghilangkan ketegangan," kata sang dokter yang baik itu.

Iiihhh...orang aku gak nyanyi kook!

Karena aku berulah, dengan gerak2 dan sok aduh2 walo gak sakit, acara pencabutan berlangsung alot. Satu jam!

"Bu, jangan panik," kata sang suster. "Ibu kesakitan, ngilu ato cuma ketakutan?"

Dengan malu2 aku jawab, "Ketakutan, Sus..."

Tertawalah semua, si Abi, Dokter dan Suster. Ih, syebel. Tapi, aku ikut ketawa juga sih. Hehehe.

Setelah selesai, rasanya lemeees banget. Aku yang biasanya gagah gempita (iya, tau bukan pasangan yang tepat, biar imut aja si gagah aku pakein gempita) dan urus semua sendiri, terpaksa duduk manis di bangku tunggu sementara Abi ambil obat dan bayar2.

Karena Abi harus anter barang, aku minta dianter ke rumah Mama. Kepalaku masih pusing, tapi Mama lagi pingin curhat. Walo sambil kliyengan, aku dengerin juga deh curhat Mama. Her curhat is more important than my pain.

Setelah Mama selese curhat, di dapur Mama nunjukin kolak biji salak yang baru aja Mama buat. Pingiin! Secara technically aku belom makan siang. Aku potong2 kecil2 itu biji salak. Slup, masuk ke mulut. Eh, tapi susah ya nelennya? Huhuhu, akhirnya potongan biji salak yang yummy itu aku kasih ke Hana yang baru bangun bobo siang. Dan aku makan obat tanpa ada makanan yang masuk. Abis dah brasa sakit sih.

Harusnya tadi pagi aku bikin bubur sum2, tapi gak sempet. Akhirnya aku bikinlah di rumah Mama. Bahan-bahannya dah ada--Mama selalu siap bahan2 kue secara blio demen bebikinan.

Jadilah setengah panci bubur sum2 yang aku aduk sendiri di antara ngilu2nya hasil cabutan gigi. Setelah jadi, aku dinginin bentar--kata Dokter jangan makan makanan yang panas2--lalu aku santap!

Sekarang sisanya masih ada di lemari es, bentar lagi mau aku makan. Ada yang mau?!

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 16:44 | Permalink | 0 komentar
Mar 12, 2008
Impian Saat Ini:
punya rumah sendiri!

Oh, aku bersyukur kok sekarang masih bisa nempatin rumah Jidah. Udah daerahnya enak, rumahnya enak, ada Fastnet pulak.

Tapi, di lubuk hatiku yang paling dalam, aku pingiiiin banget punya rumah sendiri. I wanna be the queen of my own palace.

Memang saat ini rasanya belum mungkin. Tapi, kita kan nggak pernah tau rejeki kita kayak apa besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan--asal jangan abad depan aja.

Aku nggak pingin rumah yang gede--paling nggak saat ini, tau deh kalo nanti2 ;D--, aku nggak pingin furnitur yang mewah, aku nggak pingin daerah yang elit--yang penting aman. Aku hanya butuh rumah mungil tempat aku, Abi dan Hana berteduh, berbagi kasih sayang. Aku hanya butuh rumah yang dilewati Fastnet ato internet provider lain yang murah2--supaya aku bisa tetep kerja dari rumah.

Tapi, seperti aku bilang di awal. Aku bersyukur saat ini masih bisa tinggal di rumah Jidah. Yah, paling nggak sampai ada salah seorang anaknya yang tinggal di sini. Setelah itu, mudah2an aku dan Abi dah punya rejeki buat nempatin rumah sendiri--entah rumah cicilan ato kontrakan (tp sejujurnya sih nggak pengen ngontrak, sayang uangnya).

Saat ini, rumah itu masih sebatas impian. But, it's nice to have a dream. Aku jadi semangat kerja!

*Pletaaarrr!* --> mecut diri sendiri buat kerja



 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 20:31 | Permalink | 0 komentar
Mamaku, Penghambat Dietku
Kriiing

Aku: Ya, halo...

Mama: Kak, masa' mama lagi manggang ayam eh gasnya abis.

Aku: (mikir: oh, mama manggang ayam, bagus deh, aku gak terlalu suka, jd makannya bisa dikit) Terus, gmana?

Mama: Ya, nunggu tukang gas dateng dulu. Eh, Mama juga bikin oncom pake leunca.

Aku: Waduh...

Mama: Terus, Mama bikin sambel ikan gabus.

Aku: Mamaaaa...kok masaknya enak2 sih. Kan Nad lagi diet.

Mama: Ya makannya siang aja. Malem nggak usah.

Aku: Kemaren Nad jadi makan malem juga tuh, abis Mama bikin nasi ulamnya enak banget. Sambel kacangnya juga top gitu...huhuhu...

Mama: Yah, terus gimana dong?

Aku: Pokoknya besok2 masaknya jangan yang enak2...bisa gagal nih diet.

Mama: Ye...kesian si Papa dong kalo masaknya nggak enak. Entar semua orang pada kurus.

Aku: Iya, biar solider ma Nad. Diet bareng2...

-------------------------------

Barusan, aku turun, makanan dah siap di meja. Nyiapin makan siang Abi dan Hana, terus ngambil nasi buat aku, dan huaaaa...sambel ikan gabus-nya enak banget! Mudah2an aku gak pake nambah...

Tuing!

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 09:12 | Permalink | 0 komentar
Mar 11, 2008
Akan Cabut Gigi
Duh...seremmm.

Tadi sore aku ke dokter gigi lagi--bukan yang kmaren. Awalnya mau dirawat aja. Tapi, si dokter nyaranin foto, dan melihat hasil foto dia merekomendasikan agar sebaiknya dicabut aja.

Huaaaaaaaaaaa!!!

Tapi, dia gak nyabut dan ditransfer ke dokter cabut (dokter bedah mulut maksudnya). Jadi, acara cabut2an itu mungkin akan berlangsung Kamis siang ini. Sebenernya sih besok juga ada. Tapi malem. Aku males macetnya--hmmm padahal sih sebenernya cuma mau menunda 1 hari krn pingin mempersiapkan mental.

Tadi dah bilang ma Abi kalo pokoknya aku maunya ditemenin. Nggak berani sendiri. Bukan takut gmana sih. Cuma, itu kan bukan tindakan sederhana, kalo ada keluarga, rasanya lebih tenang.

*Doain ya mudah2an gak seserem yang aku bayangin.*



 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 15:36 | Permalink | 0 komentar
Tentang Menunggu















Kemaren adalah hari Menunggu Nasional dan hari Tes Kesabaran buatku. Ada janji dengan orang jam dua-setengah tiga. Udah nunggu lama, sampe jam 3 gak nongol juga. Padahal, aku ada janji dg orang lain jam 3 itu yang syukur alhamdulillah orang itu mau mundurin sampe jam 3.30. Orang yang janji jam 2-an itu gak nongol juga--padahal org itu ada d deket lokasi pertemuan. Yo wes, aku tinggal!

Selesai dari meeting sore itu, aku dah daftar di dokter gigi (ya, akhirnya berani juga nih). Aku nyampe sana sekitar jam 5.20an. Di dalem, dokternya lagi nanganin pasien (tapi kayaknya masih ngobrol2 gt. Teng, jam 06.40 pasien selesai. Katanya dokter mau sholat dulu. Ok, pikirku. Tapi, kata asistennya, ada orang yang mau wawancara (yang kebetulan datang setelah aku sekitar jam 6an) 'sebentar' dan diijinkan masuk oleh sang dokter. Esmosiii!

Akhirnya, aku meninggalkan ruang praktek itu sambil lari2an di bawah rintik-rintik hujan (kok kedengarannya romantis ya?!).

Soal si dokter itu sih sebenarnya aku gak masalah dengan menunggunya. Nunggu 1-2 jam di dokter gigi mah wajar. Tapi, yang aku sebel adalah disalipnya itu loh.

Tapi sih ya, kayaknya aku mungkin gak akan seekstrim itu--ninggalin dua janji itu--kalo gak lagi PMS. Yeah, just blame it on the hormones!

Untung meeting yang sore itu seru, ditemenin cookies-nya Famous Amos dan cake lembut rasa moka yang uenak--lupa diet bo! Jadi yah it wasn't THAT bad.

BTW, there are millions of postings yang semestinya dah bisa muncul di MP, tapi asli, lagi hectic banget...

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 09:59 | Permalink | 1 komentar
Mar 8, 2008
Andai 1 Hari > 24 Jam
















Segubrak hal yang mesti dikerjain. Bukan cuma kerjaan, tapi juga membagi perhatian antara anak, suami, rumah dan rencana pernikahan sepupu (aku yg dimintain tolong sama Ummi-nya si sepupu untuk urus ini-itu secara blio tinggal di Padang dan aku mang seneng urus pernak-pernik pernikahan n resepsi).

Kira2 ada program ato software yg bisa nambahin jam dalam 1 hari kah?

*postingan asal dr seorang perempuan muda yang merasa 24 jam dalam sehari itu kurang*

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 09:45 | Permalink | 0 komentar
Mar 5, 2008
Tentang Sekolah *Lagi*
Selasa kemaren, Hana masuk seperti biasa. Aku yang lagi gak ada asisten, cuma dasteran dan jilbaban, gak ikut turun nganter Hana sampe dalem. Dari jauh, kulihat ada Acit, Mamanya Hugo, teman sekelas Hana. Rasanya pingin bergabung, mo bahas ttg sekolah. Tapi, kerjaan di rumah numpuk...so, again and again, it's all about priorities...duh!

Pas pulangnya, aku dah rapi jali, jemput Hana, sekalian mo bayaran. Eh Ibu2 yang lain lagi mengerumuni Kepala Sekolahnya.

"Nad, Celik buka TK loh!" Acit sumringah banget karena memang dari awal dia lbh suka nyekolahin Hugo di Celik.

Aku ikut sumringah. Saking hepinya, ikut ngambil formulir segala--padahal sebelumnya udah berembuk ama Abi dan keluarga mo masukin Hana di sekolah lain.

Tapi, pas Acit SMS n nanya aku ikutan masukin Hana ke Celik seperti Ibu2 lainnya ato nggak, aku terpaksa bilang bahwa aku belum bisa pastiin.

Ternyata, kalaupun ditotal selama dua tahun masa sekolah, jumlahnya sama dengan angka di sekolah Islam yang aku pingin banget itu. Kalaupun dananya ada segitu, kemungkinan besar, Abi lebih memilih sekolah Islam itu.

Rasanya sedih juga sih. Seperti aku bilang, aku suka banget sama sekolah Hana yang sekarang. Tapi, memaksakan diri untuk ngumpulin dana secepet itu--karena di formulir tertulis data2 anak sudah harus diisi paling lambat tgl 31 Maret ini--rasanya nggak bijaksana.

Akhirnya, kembali ke rencana semula. Kami akan menyekolahkan Hana di TK Islam yang ada ekskul menarinya itu karena sepertinya Hana juga bakal hepi di sana. Uang pangkal dan SPP-nya bahkan kurang dari budget yang kami perkirakan. Jadi, sisa uang tabungan sekolah Hana mungkin akan kami belikan sesuatu pas dia ultah Juni nanti--mungkin sepeda karena kemaren di sekolahnya, dia keliatan suka banget sama sepeda roda tiga warna pink.

Semoga keputusan ini adalah keputusan yang paling tepat.

Amin.

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 17:41 | Permalink | 0 komentar
Mar 3, 2008
Cari TK buat Hana
Sudah semenjak awal tahun kemarin ini Ibu2 di sekolah Hana (Celik Preschool and Kindergarten) rame2 cari sekolah. Karena, ternyata tahun ajaran mendatang Celik nggak akan buka TK secara sekolah itu akan pindah ke lokasi lain.

Wah sedih dan panik. Aku suka banget sama Celik. Guru2nya kelihatan banget cinta anak2. Dan, metodenya ok--Montessori kalo nggak salah--tapi harganya lokal.

Awalnya, aku berniat cari sekolah serupa. Berbasis Montessori dan bilingual. Tapi, setelah lihat2, yang sreg di hati membutuhkan biaya yang jauuuh di atas budget. Akhirnya, aku harus memikirkan ulang, sebenernya apa sih yang aku mau dari pendidikan di TK Hana nanti.

Sudah beberapa bulan ini aku ikut pengajian bulanan di deket rumah dengan penceramah seorang perempuan muda yang setiap kata-katanya menyentuh hati. Aku ingin jika besar nanti, Hana seperti sang Ustadzah.

Berdasarkan 'cita2 masa depan' Hana yang baru itu, aku berdiskusi panjang dengan Abi. Kami memutuskan bahwa sebenarnya yang kami inginkan adalah pendidikan berbasis agama demi masa depan dunia dan akhirat Hana sekaligus.

Maka, mulailah aku menjelajah sekolah-sekolah berbasis Islam di Tebet. Ketemu beberapa, ada 5 kalau nggak salah.
  • Yang pertama, angkanya agak masuk akal, aku juga sreg dengan metode pengajaran dan fasilitasnya, tapi agak ragu karena sekolah itu menyalurkan murid-muridnya ke SD yang beryayasan sama dengan si TK tsb.
  • Yang kedua, harganya terjangkau tapi aku kurang sreg dengan gedungnya--tempatnya kurang rapi dan agak kurang bersih.
  • Yang ketiga, angkanya jauuuuhhh banget di bawah budget, metode pengajarannya kayaknya ok, tapi gedungnya kurang memadai.
  • Yang keempat harganya jauh di bawah budget tapi gak sejauh yang ketiga, bangunannya lebih mending dan Hana langsung suka karena waktu kita ke sana ada murid2 yang lagi ikut ekskul menari--Hana lagi sukaaa banget menari, selain itu, sekolah itu menyalurkan murid2nya ke SD percontohan yang lulusannya bisa ke SMP bagus di Tebet sini.
  • Yang kelima, harga jauuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhh di atas budget, paling mahal dari semua sekolah yang aku datengin tapi aku suka metode pengajaran dan bangunan serta fasilitasnya--asli, jatuh cinta--tapi rasanya memaksakan diri nyekolahin Hana di sana juga gak bijaksana.
Akhirnya, setelah rundingan dengan si Abi--plus adik serta Mama-Papaku--pilihan jatuh ke nomor empat. Memang mainannya nggak sebagus sekolah-sekolah yang berbiaya jauh di atasnya--kami juga sempet mengunjungi sebuah sekolah lain yang fasilitas permainannya ok, tapi kayaknya harganya gak miring--, tapi semua itu bisa ketutup dengan sesekali ngajak Hana ke Tumble Tots atau main2 di AW, KFC atau McD yang nyediain permainan seru buat anak2.

Bahasa Inggris? Aku memang pingin Hana bisa bahasa satu itu. Bukan karena pingin dia was wes wos depan orang2 cuma buat sok2an, tapi karena pingin dia bisa baca buku2 dalam bahasa itu--yang sudah kukoleksi semenjak Hana masih di perut. Kalaupun sekolah yang kami pilih cuma mengajarkan Bahasa Inggris sekali seminggu, aku bisa nambah2in di rumah.

Jadi, sebenernya apa sih yang perlu dipertimbangkan--atau paling nggak yang aku pertimbangkan--dalam mencari TK:

  1. Lokasi sekolah.Aku nggak mau cari sekolah yang jaraknya jauh. Kalo patokan Mama adalah yang gak perlu melewati jalan besar--definisi jalan besar Mama adalah jalan yang memiliki tiga lajur mobil.
  2. Biaya. Biaya di sini bukan sekedar tau uang pangkalnya berapa, uang seragamnya berapa, uang bulanannya berapa, tapi berapa banyak uang yang harus dikeluarkan selama dua tahun masa sekolah di TK itu. Kadang ada sekolah yang mematok uang pangkal muraaah banget tapi bulanannya amit2 muahalnya. Atau sebaliknya. Makanya waktu menghitung biaya kemarin itu, aku hitung total semua yang harus dihabiskan untuk 2 tahun.
  3. Bangunan. Aku cenderung lebih suka kalau TK itu tidak berlantai 2 sehingga anak2 nggak perlu naik atau turun tangga. Kalaupun memang anak sudah biasa naik-turun tangga, tapi mungkin ada anak yang jahil atau mendorongnya sehingga ia jatuh. Gedungnya juga kalau bisa bersih, atau minimal kelasnya bersih dan anak2 diajak merapikan peralatan dan mainan yang telah selesai mereka gunakan.
  4. Fasilitas. Pada dasarnya anak2 seumur itu masih harus sering bermain, jadi fasilitas permainannya kalau bisa nggak terlalu minim.
  5. Metode pengajaran. Aku bukan tipe ortu yang akan memaksa anak belajar, terutama di usia dini. Aku lebih suka anak belajar tanpa harus ia sadar bahwa ia sedang belajar. Jadi, intinya ya bermain dan belajar. Ada sekolah yang nggak menginginkan anak belajar sama sekali. Ini juga merepotkan. Karena, bagaimanapun juga belajar itu penting. Tinggal caranya aja yang harus dicari bagaimana.
  6. SD rujukan. Yang aku tanyakan kemaren adalah lulusan TK itu banyak ke SD mana. Karena, akan buang2 uang kalau kita masukkan anak ke TK Internasional dan sebagainya kalau SD-nya nanti gak internasional. Sekolah itu kan sebaiknya berkesinambungan.
  7. Guru2nya. Duh, males banget kalau guru-gurunya jutek.
Ada yang mau nambahin?

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 12:30 | Permalink | 0 komentar
Mar 1, 2008
Uneg-uneg yang semestinya tumpah...
...justru tertahan di tenggorokan.

Kepalaku jadi penuh.Tapi, sungguh...
tak juga tumpah ruah,
justru kepalaku yang membesar,
mencoba menampung segala...

Padahal, semestinya sudah tumpah.

Ada setetes dua tetes air mata,
perlahan keluar, dan memang bisa mengurangi besarnya si kepala,
tapi ada yang terus mengucur ke dalamnya,
sehinga membesar lagilah si kepala.

Mau cerita A, B, C, D, E...Z
tapi yang keluar cuma A, B, C...
Dan D s/d Z justru ikut-ikutan memenuhi isi kepala.

Dezig! Rasanya ingin menghujamkan tonjokan telak
supaya ada bocor
Tapi, rasa takut justru meraih si tangan
dan menopagkannya di dagu.

Ah, sudah pagi, sebaiknya aku tidur...

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 20:39 | Permalink | 1 komentar