Apr 7, 2008
From WAHM to WAOM
Enam bulan yang lalu, keputusan WAHM menimpaku karena perusahaan tempatku kerja tutup. Karena aku dan suami mesti bahu-membahu dalam hal perekonomian keluarga, maka di rumah aku juga 'kerja' dengan menulis.

Awalnya terasa aneh. Perlu banyak penyesuaian. Terutama karena Abi juga kerja dari rumah--walau kadang harus antar barang atau ketemu orang di luar rumah. Secara kami kerja dengan komputer, untuk menghindari 'rebutan', Abi beli satu set komputer lagi. Tapi, masalah nggak berakhir di situ. Hana juga ternyata minta jatah waktu untuk 'kerja' (baca: main di situs pbskids atau ngetik-ngetik di Word).

Intinya, perlu banyak cara untuk menyiasati keadaan.



Pertengahan bulan lalu, ada lowongan. Di situ, ditulis bahwa ada kemungkinan pekerjaan dilakukan secara remote alias dari rumah. Maka, kukirimlah lamaran. Dipanggillah. Sekali. Dua kali. Dan, ketiga kali, user-nya langsung bilang, "Welcome aboard." Tapi, pekerjaan masih harus dilakukan di kantor. Hmmm...tapi, kata sang user, kerjaanku nantinya itu nggak perlu lembur. Hmmm...sounds good enough.

So, aku agak-agak excited dan deg-degan. Karena, setelah enam bulan di rumah, aku harus berjibaku lagi dengan macetnya ibu kota (karena sebelumnya kantorku deket rumah, jalan kaki...hehehe), dengan working hours yang lebih teratur (di rumah, jam kerjaku agak serabutan, tergantung waktu luang aja di antara ngurus suami dan anak), dengan ritme baru, dengan suasana baru, dll.

Hana awalnya menunjukkan ketidaksetujuannya waktu aku 'minta ijin' ke dia untuk kerja kantoran lagi. Dia bilang, "Kerja di rumah aja. Bisa kan?" sambil melirik ke meja kerjaku yang persis menghadap jendela.

"Bisa memang. Tapi, kan Hana mau masuk TK, mau sering jalan-jalan, mau beli mainan."

"Mau beli coklat! Mau beli sepeda!" tambahnya semangat.

"Nah..."

"Ya udah deh, Bunda boleh kerja. Nanti Hana nunggu di rumah sama Jidah Emma."

"Tapi, promise ya, Na. Don't be naughty and be a good..."

"Girl! Tapi, Bunda janji juga ya, bawain oleh-oleh kalau pulang kerja. Nanti Hana do'ain deh supaya Bunda banyak rejeki."

"Amin. Insya Allah ya, Na."

Maka, dengan ijin suami dan anak, insya Allah minggu depan aku mulai di tempat baru. Tapi, minggu ini, aku lagi bantu orang dengan sebuah project karena yang biasa nanganin lagi cuti. Yah hitung-hitung latihan lah buat aku, Abi dan Hana.

Aku latihan tahan menghadapi keganasan jalanan Jakarta di pagi hari (serem booo dah lama nggak dibonceng di jalan rame), Abi latihan nganter ke kantor dengan motornya, Hana latihan bangun lebih pagi dan melepas aku jalan kerja setelah dianter ke rumah Mama.

Hope this can be a new beautiful beginning for the three of us. Amin.

Labels: , , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 08:22 | Permalink |


1 Komentar:


  • April 9, 2008 at 4:03 PM, Blogger Ippen

    Mbak Nad's apa kabar?

    Tetep semanagta yaaah.. semoga selalu sukse.. dan bisa menghadapi dan melewati semua cobaan dengan baiik :)