Nov 26, 2008
Nangis tersedu2 pas training
Hari ini ada training Lovemarks di kantor dan hasilnya, aku tersedu2...kenapa?

Nih gara2nya:



Iklan itu digunakan sebagai salah satu contoh kasus...huhuhuhuuuuuu...

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 12:42 | Permalink | 0 komentar
Nov 25, 2008
Hana dan Bunda sebelum bobo
Bunda: Ayo, Hana, dah malem, bobo...besok pagi kan sekolah...

Hana: Bunda, kata Bu Guru malem2 gak boleh bobo...

Bunda: Heh?

Hana: Iya, Bu Guru bilang gini, "Jangan bobo malem2, nanti terlambat ke sekolah..."

Bunda: gdubraaakkk... *misinterpretasi telah terjadi...duh!* Bukan gitu, maksudnya Hana...maksud Bu Guru, jangan bobo terlalu malem...bukannya malem2 gak boleh bobo...

Hana: ooo *dengan tampang berpikir*

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 16:33 | Permalink | 0 komentar
Nov 20, 2008
Cita-citanya gak globalisasi banget sih...
Aku lupa kata-kata tepatnya gimana. Tapi, ada yang pernah protes begitu tentang cita-cia yang kugantungkan di langit buat Hana.

Mungkin sebagian temen2 dah tau kalo aku pingiiin banget Hana jadi Ustadzah.

Keinginan ini aku share ke si orang tadi. Dan, itulah reaksinya.

Sebenernya sih ya, reaksi negatif seperti itu bukan yang pertama. Ada juga yang pernah menyayangkan angan2ku itu. Tapi, aku lupa kata2nya gimana.

Bali ke cita2 gak global tadi.

Abis dia bilang gitu ya, aku langsung berpikir, Lah, emang gak mau CUMA global aja. Global kan dunia. Aku maunya cita2 yang dunia-akhirat buat Hana. Yeee...



Yah, biarlah orang mau bilang apa. Mau dibilang ketinggalan jaman kek apa kek. Gak apa. Kan isi kepala orang beda2 yaaaa???

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 12:01 | Permalink | 2 komentar
Nov 18, 2008
Hana dan Bunda Pagi Ini
Hana: Bunda, Hana boleh menikah dengan Zaki gak? *bayangkan, dia baru beranjak dari tempat tidur dengan rambut megarnya, langsung minta kawin!*

Bunda: *diam dan berpikir*

Hana: Boleh gak, Bunda?

Bunda: Kenapa sama Zaki?

Hana: Soalnya Zaki baik...

Bunda: Nanti Bunda cariin pangeran yang baik, pinter, sholeh, dan ganteng buat Hana...

Hana: Tapi, Bunda, Hana mau milih sendiriiii...

Bunda: *gdubrak dan berusaha menahan tawa*

Kayaknya, sistem perjodohan bakal berjalan alot dengan anak perempuan satu ini. Duh!

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 06:12 | Permalink | 0 komentar
Nov 8, 2008
Urusan ART ternyata belum beres...
Manusia berencana, Allah menentukan.

Weekdays kemaren, dah ngebayang2 mo nulis banyak2 wiken ini--itu loh, aku kan ikutan nanowrimo critanya. Kenapa berani ngebayangin itu? Karena, hari Kamis kemaren, ada Mbak baru pengganti Mbak Kas.

Tapi oh tetapi...harapan tinggal harapan. Ujug-ujug tadi pagi dia ijin pulang ke Mama. Penjelasan yang satu ini kudu flashback ni.

Ternyata, Jum'at pagi, setelah nemenin Mama ke pasar, si Mbak baru ini tiba2 bilang, "Bu, tanggal 30 saya mau pulang. Kakak saya mau hajatan. Sekalian lebaran haji."

Mama langsung ngerasa ada yang salah ma ni orang. Nyampe Kamis malem kok Jum'at pagi bilang gitu. Niat kerja gak seeehhh???

Eh, yang jagain Hana--udah hampir sebulan di rumah nyahut, "Iya, Bu, saya juga ada yang hajatan."

Akhirnya Mama bilang, "Ya jangan barengan. Gantian."

"Tapi dia mau ikut saya, Bu," kata yang baru.

Mama diem. Mama itu mang orangnya super duper penyabar. Kalo aku dah merepet panjang lebar deh kalo digituin.

Insiden mo pulang pagi itu akhirnya terlupakan. Sampai ujug2 sorenya, yang baru bilang ke Mama, "Saya pengen jalan2 deh, Bu."

"Iya, apa ya yang terkenal di Jakarta. Monas ya, Bu?" sahut yang jaga Hana.

Mama diem aja. Nahan emosi kali.

Terus...malemnya, ada insiden baru, kali ini aku yang ngadepin. Jam 9 malam mereka berdua keluar rumah, gak pamit dan BAWA KUNCI RUMAH. Langsung deh kepala mendidih. Udah gitu mereka gak balik2. Aku pikir ke rumah Mama. Cek ke Mama, ternyata nggak.

Ada untungnya juga sih mereka lama baliknya, jadi aku sempet meredam amarah. Apalagi sambil mbacain dongen buat nemenin Hana bobo.

Jam setengah 10 kurang 5, mereka ngetok kamarku di atas. Aku mang pesen ke sepupu yang lagi belajar di bawah supaya nyuruh mereka ke kamarku.

Mereka berdua baris di depan pintu.

"Kamu dari mana?"

"Beli kartu perdana, Bu," kata yang baru cengengesan.

"Kok gak minta ijin?"

Diem sambil sok senyum2.

"Kok bawa kunci?"

"Maaf, Bu. Tadi si Nina yang nyuruh bawa," kata yang baru. Nina itu yang jaga Hana.

"Kenapa?" tanyaku ke si Nina.

"Takut Kak Ade mau bobo. Nanti gak ada yang bukain pintu," jawab si Nina takut2. Ade itu panggilan sepupuku.

"Ada tiga kesalahan kalian. Pertama pergi malam2. Apa nggak bisa beli besok? Di Jakarta banyak orang jahat. Kedua, pergi gak ijin sama saya. Kalau kalian kenapa2, saya nggak tahu musti bilang apa ke orang tua kalian. Kan pasti saya yang ditanya. Ketiga, bawa kunci. Kalau ada kebakaran, saya mau lari gimana?"

"Maaf, Bu," kata yang baru sambil cengengesan.

"Saya serius."

Berhenti cengengesan. "Maaf, Bu," katanya lagi sambil sok nunduk2.

Aku paling gak bisa merepet sama orang yang mau minta maaf. Jadi, aku suruh mereka turun, tidur.

Tadi pagi, jam setengah 8 mereka ngetok kamar, bilang mau ke rumah belakang (ke rumah Mama). Aku pikir karena mau bantu Mama. Aku suruh yang baru aja, yang jaga Hana gak usah. Terus, aku suruh dia bikin susu buat Hana.

Jam setengah sembilan, aku turun. Di bawah sudah heboh. Ada Mama, Oom-ku yang merekomendasikan kedua ART itu, dan adek sepupuku.

"Kak, si mbak2 itu dua2nya berhenti," lapor Mama.

"Haaaaa???"

Aku melongo.

Kata Mama, yang baru tadi pagi ke rumah belakang dan bilang katanya dia dapat panggilan kerja di kampung, jadi mau pulang. Ok, Mama pikir cuma dia. Walopun sebel juga secara Oom-ku dah ngongkosin dia ke Jakarta.

Mama mampir ke rumah depan (tempat aku tinggal) karena mau sekalian ke warung langganan dan ngeliat itu mbak pulang. Eeeehhhh...yang jaga Hana juga dah bawa tas.

"Bu, dia gak betah, mo pulang sama saya," kata yang baru.

Mama cuma bilang, "Terserah."

Dan pergilah mereka berdua tanpa pamit ke aku. Sinting kan? Padahal yang jaga Hana itu dah mulai agak bisa-an--walopun sumpah, kayaknya trainingnya masih perlu 6 bulan lagi secara segala2nya lupa dan standar bersihnya cuma ke-upgrade setengah level doang, tapi aku gak mo mulangin dia karena kasihan.

Sungguh pagi yang aneh. Walhasil, setelah beberes rumah depan, aku dan Hana ke rumah belakang, bantuin Mama masak dan bebersih juga.

Wiken? Kerja keras!

*Ini ngeMPi setelah Hana bobo*

*Maap buat Ida, Ade dan Bayu, tadi gak balik ke rumah Mama secara ujan deres dan Mama yang ke rumah depan*

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 18:11 | Permalink | 0 komentar
Nov 5, 2008
KEBOHONGAN FirstMedia!!!
Salah seorang CS FirstMedia bernama Meta dengan telepon 02145876139 menghubungi aku dan si Abi. Perempuan ini menawarkan homecable GRATIS selama sebulan sebagai trial.

Sebelumnya sudah pernah ada yang menghubungi juga, dan selalu kami tolak. Somehow, aku kurang percara dengan mereka, mengingat ribetnya proses pendaftaran fastnet kami dulu (saat mendaftar untuk 384 kbps tidak digubris, tapi saat mendaftar untuk 512 langsung pasang, selalu ada udang di balik batu!).

Nah, belakangan kami berniat menurunkan menjadi 384 kbps saja. Akhirnya, Abi bilang ke Meta, kami mau coba trial itu asal bisa diturunkan ke 384. Meta langsung mengiyakan.

Naaaahhhh...ternyata...trial itu dibebankan di billing kami alias TIDAK GRATIS! Sebuah PENIPUAN!

Awalnya, kami sempat mempertimbangkan untuk juga pakai homecable-nya. Tapi, dengan perkembangan baru ini, kami membatalkan!

Bukan masalah uangnya, tapi kami merasa dihohongi. Sayang, kami gak punya pilihan lain when it comes to internet connection.

Sungguh lucu FirstMedia, andai mereka benar2 berniat memberi gratis selama sebulan, mungkin kami akan menjadi pelanggan mereka. They'd rather lose a potential customer!

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 06:31 | Permalink | 0 komentar
Nov 1, 2008
Apa Sih yang Dibutuhkan Pelanggan?
Mbak-mbak berkulit putih mulus dengan rok yang tidak panjang yang rela dipajang di counter dengan tatapan kosong saat sang pelanggan menyampaikan keluhan?

Ckckck...betapa dangkalnya para pegawai recruitment perusahaan tersebut menilai para pelanggannya.

Tidak semua pelanggan adalah oom-oom yang akan lupa dengan segala keluh kesahnya jika si mbak-mbak tersenyum manis--masih dengan tatapan kosongnya.

Begini ceritanya...

Jum'at kemarin, aku ke counter CS sebuah perusahaan telepon genggam. Seorang mbak-mbak cantik--yang menurutku kalau dia bisa berakting bisalah jadi pemain sinetron--menyambutku. Ia menanyakan keluhanku.

Nah, mulailah aku nyerocos panjang lebar tentang HP-ku yang memory card-nya tidak ter-detect dan sudah kucoba format, dll...blablabla...--dengan pikiran positif bahwa dia paham akan apa yang kukeluhkan.

Tapi...aku mulai ragu saat melihat tatapan kosong dan wajah bengongnya.

"Sebentar ya, Mbak, saya cek dulu ke teknisinya."

Entah dia bicara apa di dalam. Lima menit kemudian, setengah badannya muncul di pintu sambil mengulang kalimat si teknisi, "Nggak bisa diformat?"

"Mbak, jangan diformat dulu...kalau datanay masih bisa kebaca, tolong diselamatkan...kemarin di komputer saya bisa...blablabla..."

Aku kasih penjelasan dengan suara agak lantang, berharap si teknisi dengar.

Dan, yak...berhasil! Si teknisi--seorang cowok yang kayaknya gak bisa jadi pemain sinetron kecuali dia bisa melucu--keluar.

Nah, sama cowok ini, aku bisa diskusi panjang lebar tentang keluhanku. Dia juga bisa kasih solusi yang masuk akal.

Walaupun akhirnya pulang dengan HP yang memory card-nya masih gak jelas nasibnya, aku lebih puas karena merasa pelayanannya gak parah2 amat dan masuk akal.

So, para perusahaan? Masih mengandalkan CS yang sekarang?

Aku sih sarankan kalian menggantinya dengan teknisi yang tidak perlu secantik Luna Maya ataupun Tamara Blezinsky, tapi mengenal produk dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan (bahkan berdiskusi dengan) pelanggan mengenai keluhan mereka.

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 11:58 | Permalink | 0 komentar