Mar 3, 2008
Cari TK buat Hana
Sudah semenjak awal tahun kemarin ini Ibu2 di sekolah Hana (Celik Preschool and Kindergarten) rame2 cari sekolah. Karena, ternyata tahun ajaran mendatang Celik nggak akan buka TK secara sekolah itu akan pindah ke lokasi lain.

Wah sedih dan panik. Aku suka banget sama Celik. Guru2nya kelihatan banget cinta anak2. Dan, metodenya ok--Montessori kalo nggak salah--tapi harganya lokal.

Awalnya, aku berniat cari sekolah serupa. Berbasis Montessori dan bilingual. Tapi, setelah lihat2, yang sreg di hati membutuhkan biaya yang jauuuh di atas budget. Akhirnya, aku harus memikirkan ulang, sebenernya apa sih yang aku mau dari pendidikan di TK Hana nanti.

Sudah beberapa bulan ini aku ikut pengajian bulanan di deket rumah dengan penceramah seorang perempuan muda yang setiap kata-katanya menyentuh hati. Aku ingin jika besar nanti, Hana seperti sang Ustadzah.

Berdasarkan 'cita2 masa depan' Hana yang baru itu, aku berdiskusi panjang dengan Abi. Kami memutuskan bahwa sebenarnya yang kami inginkan adalah pendidikan berbasis agama demi masa depan dunia dan akhirat Hana sekaligus.

Maka, mulailah aku menjelajah sekolah-sekolah berbasis Islam di Tebet. Ketemu beberapa, ada 5 kalau nggak salah.
  • Yang pertama, angkanya agak masuk akal, aku juga sreg dengan metode pengajaran dan fasilitasnya, tapi agak ragu karena sekolah itu menyalurkan murid-muridnya ke SD yang beryayasan sama dengan si TK tsb.
  • Yang kedua, harganya terjangkau tapi aku kurang sreg dengan gedungnya--tempatnya kurang rapi dan agak kurang bersih.
  • Yang ketiga, angkanya jauuuuhhh banget di bawah budget, metode pengajarannya kayaknya ok, tapi gedungnya kurang memadai.
  • Yang keempat harganya jauh di bawah budget tapi gak sejauh yang ketiga, bangunannya lebih mending dan Hana langsung suka karena waktu kita ke sana ada murid2 yang lagi ikut ekskul menari--Hana lagi sukaaa banget menari, selain itu, sekolah itu menyalurkan murid2nya ke SD percontohan yang lulusannya bisa ke SMP bagus di Tebet sini.
  • Yang kelima, harga jauuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhh di atas budget, paling mahal dari semua sekolah yang aku datengin tapi aku suka metode pengajaran dan bangunan serta fasilitasnya--asli, jatuh cinta--tapi rasanya memaksakan diri nyekolahin Hana di sana juga gak bijaksana.
Akhirnya, setelah rundingan dengan si Abi--plus adik serta Mama-Papaku--pilihan jatuh ke nomor empat. Memang mainannya nggak sebagus sekolah-sekolah yang berbiaya jauh di atasnya--kami juga sempet mengunjungi sebuah sekolah lain yang fasilitas permainannya ok, tapi kayaknya harganya gak miring--, tapi semua itu bisa ketutup dengan sesekali ngajak Hana ke Tumble Tots atau main2 di AW, KFC atau McD yang nyediain permainan seru buat anak2.

Bahasa Inggris? Aku memang pingin Hana bisa bahasa satu itu. Bukan karena pingin dia was wes wos depan orang2 cuma buat sok2an, tapi karena pingin dia bisa baca buku2 dalam bahasa itu--yang sudah kukoleksi semenjak Hana masih di perut. Kalaupun sekolah yang kami pilih cuma mengajarkan Bahasa Inggris sekali seminggu, aku bisa nambah2in di rumah.

Jadi, sebenernya apa sih yang perlu dipertimbangkan--atau paling nggak yang aku pertimbangkan--dalam mencari TK:

  1. Lokasi sekolah.Aku nggak mau cari sekolah yang jaraknya jauh. Kalo patokan Mama adalah yang gak perlu melewati jalan besar--definisi jalan besar Mama adalah jalan yang memiliki tiga lajur mobil.
  2. Biaya. Biaya di sini bukan sekedar tau uang pangkalnya berapa, uang seragamnya berapa, uang bulanannya berapa, tapi berapa banyak uang yang harus dikeluarkan selama dua tahun masa sekolah di TK itu. Kadang ada sekolah yang mematok uang pangkal muraaah banget tapi bulanannya amit2 muahalnya. Atau sebaliknya. Makanya waktu menghitung biaya kemarin itu, aku hitung total semua yang harus dihabiskan untuk 2 tahun.
  3. Bangunan. Aku cenderung lebih suka kalau TK itu tidak berlantai 2 sehingga anak2 nggak perlu naik atau turun tangga. Kalaupun memang anak sudah biasa naik-turun tangga, tapi mungkin ada anak yang jahil atau mendorongnya sehingga ia jatuh. Gedungnya juga kalau bisa bersih, atau minimal kelasnya bersih dan anak2 diajak merapikan peralatan dan mainan yang telah selesai mereka gunakan.
  4. Fasilitas. Pada dasarnya anak2 seumur itu masih harus sering bermain, jadi fasilitas permainannya kalau bisa nggak terlalu minim.
  5. Metode pengajaran. Aku bukan tipe ortu yang akan memaksa anak belajar, terutama di usia dini. Aku lebih suka anak belajar tanpa harus ia sadar bahwa ia sedang belajar. Jadi, intinya ya bermain dan belajar. Ada sekolah yang nggak menginginkan anak belajar sama sekali. Ini juga merepotkan. Karena, bagaimanapun juga belajar itu penting. Tinggal caranya aja yang harus dicari bagaimana.
  6. SD rujukan. Yang aku tanyakan kemaren adalah lulusan TK itu banyak ke SD mana. Karena, akan buang2 uang kalau kita masukkan anak ke TK Internasional dan sebagainya kalau SD-nya nanti gak internasional. Sekolah itu kan sebaiknya berkesinambungan.
  7. Guru2nya. Duh, males banget kalau guru-gurunya jutek.
Ada yang mau nambahin?

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 12:30 | Permalink |


0 Komentar: