Semalam, aku dan keluarga menerima kabar duka cita dengan sangat terkejut. Sahabat dan guru Papa—seluruh keluargaku—dipangil oleh-Nya.
KH Masyhuri Syahid MA. Seorang ulama besar. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI
Seorang dengan penuh kebaikan, dengan suaranya yang lembut, dengan kaih sayangnya terhadap semua orang, dengan kesederhanaannya, akhirnya meninggalkan kami semua.
Aku mengenalnya pertama kali saat mengikuti TPA Daarul Qur'an yang diadakan di rumah beliau yang tak jauh dari rumahku. Terkadang beliau sendiri yang mengajar, terkadang guru yang lain.
Begitu banyak yang kupelajari dari beliau.
Namun, ada satu hal yang tak pernah kulupakan seumur hidupku.
Seorang ulama besar, mengantarku, anak seorang muridnya yang juga muridnya, pulang dengan becak bersama anaknya hanya karena aku belum dijemput dan beliau khawatir jika aku pulang sendiri. Kami bertiga duduk di atas becak, mengobrol.
Setelah itu, hubungan keluarga kami semakin dekat. Terlebih karena setiap minggunya beliau mengajar di Mushalla kecil di depan rumah Papa hingga penutupan pengajian sebelum Ramadhan terakhir kemarin. Ia tak pernah pilih-pilih dalam mengajar. Di mana pun beliau mau, tak peduli ke rumah si miskin atau si kaya. Dulu, ketika masih agak muda, beliau tak keberatan jika dijemput dengan motor. Kesederhanaan beliau menginspirasi kami semua.
Aku paling senang jika bertemu dengannya. Tak pernah ia melupakanku dan selalu mendo’akan jika bertemu. Hanya saja, aku menyesal, belakangan ini aku tak pernah lagi menyambangi rumah beliau seperti saat aku masih kecil dulu. Tapi, alhamdulillah kami beberpa kali bertemu di pernikahan atau saat melayat.
Tak kulupakan juga jasa beliau yang telah mengantar Kakek, Nenek dan Oomku dengan do’a saat mereka menghadap-Nya. Serta terima kasihku kepada beliau saat beliau menjadi saksi pernikahanku.
Hujan rintik-rintik pertanda seorang kekasih Allah telah pergi. Dan, baru saja, setelah rombongan pengantar jenazah beriringan di depan rumahku, langit tak lagi mendung.
Ya Allah, betapa ia orang baik dan penuh kasih. Aku tahu, Engkau sedang menerimanya dengan suka cita. Hanya, kumohon, hadiahilah kami dengan ulama lainnya yang sebaik dan setulus beliau, karena sekarang kami sangat kehilangan…belum dua puluh empat jam ia menutup mata untuk selamanya, kami sudah merindukannya…
Selamat jalan, Ustadz Masyhuri, terima kasih sudah menjadi penerang hati kami selama ini…