Oct 2, 2007
Renungan WAHM: Judul Naskah Fiksi dan Non-Fiksi
Beberapa hari kerja di rumah ternyata membawa banyak manfaat. Aku jadi punya lebih banyak waktu untuk berpikir dan merenung (bukan bengong loh…).

Nah, salah satu perenungan itu adalah tentang judul naskah.

AADJN? Ada Apa dengan Judul Naskah?

Dulu, aku selalu membuat judul setelah naskah selesai. Judul yang muncul di awal naskah ternyata kelahirannya justru paling belakangan. Ibaratnya anak kembar dari seorang ibu yang bernama fiksi, jarak kelahiran antara bayi pertama a.k.a si naskah dan bayi kedua a.k.a si judul bisa sampai setengah jam.

Kenapa begitu?

Begini, karena, buatku, judul itu adalah intisari dari sebuah naskah. Jadi, dia harus sangat bersentuhan dengan keseluruhan isi atau paling nggak benang merah si naskah.

Nah, aku, dalam menulis—dalam hal ini fiksi—, lebih memilih untuk ‘go with the flow’ alias nggak pake plot2an. Paling2 yah ada sedikit bayangan tetang si tokoh atau beberapa adegan, tapi nggak pernah secara keseluruhan. Jadi, kalo lagi nulis, seakan2 jari2ku bergerak sendiri dan aku lebih merasa sebagai seorang pembaca daripada pengarang, karena aku ikut terkaget2 dengan kelanjutan cerita yang diciptakan jari2 ini.

Nah, karena itulah, jaraaaaaaang sekali aku membuat judul terlebih dulu ketimbang naskah. Paling banter ya di tengah2 cerita, itu pernah juga sih, sekali dua kali aja.

Tapi…belakangan ini, ada yang berubah. Sudah selama dua tahun ini—di kantor—kerjaanku adalah menulis non-fiksi. Dan, ternyata, ada yang berubah dari urutan proses kreatifku dalam menulis. Aku menulis judul terlebih dulu! (Dan, jadilah si judul sebagai bayi pertama yang lahir dari si ibu non-fiksi)

Nah, ternyata, setelah beberapa hari ini aku pikir2, alasannya nggak berbeda dengan alasan kenapa aku memilih menulis judul belakangan dalam proses kreatifku saat menulis fiksi. Karena, judul adalah intisari sebuah naskah.

Menulis non-fiksi berbeda dengan menulis fiksi. Dalam menulis non-fiksi, semua sudah jelas: apa yang mau aku tulis, apa yang ingin aku sampaikan. Jadi, untuk membatasi agar aku nggak ngalor-ngidul nggak jelas, maka kubuatlah si judul itu duluan. Jai, si judul itu ibaratnya pager pembatas yang ada setrumnya, kalo aku mulai melenceng, disetrumlah otak ini oleh si judul tadi (kok syerem yak?).

Dulu, kupikir, seumur hidup, aku nggak akan pernah menulis judul duluan, ternyata aku salah. Aku juga dulu pikir aku nggak akan mampu menulis non-fiksi, ternyata aku salah.

Dari perenungan tentang judul ini, aku belajar banyak hal…bukan semata tentang judul fiksi dibuat belakangan dan non-fiksi duluan…ternyata juga tentang perubahan dalam hidup seseorang, dalam hidupku. I think I like changes a lot better than before now…

Labels:

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 16:25 | Permalink |


0 Komentar: