Aku dan Mama nggak terlalu tertarik pada perhiasan. Beda dengan Jidah (Nenekku) yang suka mengoleksi berbagai jenis perhiasan. Karena itu, biasanya, perhiasan yang aku dan Mama punya adalah pemberian Jidah (Hm...tapi Mama masih ada sih yang beli sendiri, aku gak kayaknya hihihi).
Oh ya, ini maksudnya perhiasan yang dari emas ya.
Waktu mau dilamar Abi, aku ditanya mau perhiasan apa. Aku bilang apa aja deh, tapi maunya emas putih. Maka itu pun yang dibeliin si Abi. Tapi, taunya Umminya Abi juga kasih perhiasan (surprise gitu maksudnya kayaknya), emas kuning. Hehehe...secara mertua yang ngasih aku senyum2 aja.
Tapi, sekarang aku justru melihat sisi lain kegunaan perhiasan. Tadi siang ada urusan di pasar, mampir ke toko emas punya Papanya temen baik yang kebetulan aku lewati, sekalian silaturahmi mo puasa. Di sebelahku ada ibu2 muda lagi jual emasnya, masih tawar-menawar dengan penjaga toko yang lain(iya, ngaku, aku agak nguping hihihi...).
Kayaknya si Ibu itu gak terlalu rela melepas perhiasannya.
"Bagus nih, emas putih. Naikin dong. Kalo gak BU juga gak jual."
"Loh, emang itu kan gunanya emas, Bu. Kalo butuh uang ya dijual. Ya udah deh, saya naikin segini ya..."
"Ya udah deh."
Hm...sebelum si Ibu itu menerima uangnya, aku dah pamit ke si Oom, Papa temenku itu. AKu jadi senyum2 sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, aku pernah melakukan apa yang Ibu itu lakukan. Tapi, ekspresiku gak semelas dia. Mungkin karena aku memang gak terlalu 'cinta' sama perhiasan yang kujual ya?
Sekarang, aku masih punya beberapa perhiasan, tapi semua yang ada kenangannya (Aku emang agak2 sensitif soal barang2 berkenangan). Mudah2an gak perlu sampe menjual salah satu di antara segelintir sisa-sisa perhiasanku itu. Mungkin kalo sampe harus kejual, wajahku lebih melas dari si Ibu tadi...karena yang aku jual bukan perhiasannya, tapi kenangannya. Huhuhu...
sama...saya juga lebih suka emas putih :D