Jun 20, 2007
[Review] Biru Hitam Merah Kesumba oleh Lulu Ratna, Olin Monteiro, Oppie Andaresta, Vivian Idris
Waktu masih kuliah, aku dekat sekali dengan yang namanya puisi. Bukan cuma membaca, tapi juga menuliskannya.

Tapi, belakangan aku jarang bersinggungan dengan puisi. Karena itu, aku senang sekali ketika Olin, salah satu penulis, menghadiahkan buku kumpulan puisinya bersama 3 perepuan--yang mengaku--bukan penyair ini.

Tak sabar, dalam perjalanan pulang, di Bus Kopaja 66, aku membuka-buka buku ini. Oh ya, kalau baca puisi aku nggak suka runut dari depan ke belakang. AKu lebih suka secara acak.

Belum selesai, kulanjutkan di rumah, pada malam hari, sebelum tidur. Semestinya aku menuliskan review ini beberapa hari yang lalu, tapi belum sempat.

Aku suka semua puisi dalam buku ini. Mungkin karena begitu dekat dengan keperempuanan. Apa yang mereka tuangkan dalam kata-kata pernah kualami sendiri. Seperti dalam puisi Darah Sialan, Marah dan Hormon, Tentang Morning-Afternoon-Evening Sickness, Anak Sayang dan Amartya in My Life.

Selain puisi-puisi yang sudah kusebut di atas, terdapat beberapa puisi lain yang paling aku suka, di antaranya Tiba-tiba Aku Ingin Menangis, Postcard Journey, Kagumi Saja Aku, Meniti Angin, Do You Wish for a Poem, My Dear?, dll.

Buku kumpulan puisi ini kembali membawaku pada kerinduan yang mendalam pada potongan-potongan kata dalam bait-bait puisi yang kutulis dulu. Buku ini juga membuatku--sekarang--semakin menyesal setengah mati karena pernah batal membeli sebuah buku puisi dari salah satu penulis favoritku.

It's a beautiful book...if you're a woman, you must share the same thought.

Visit http://perempuanbukanpenyair.net/

Labels: , ,

 
ditulis oleh Nadiah Alwi - Write at Home Mom pada jam 15:18 | Permalink |


0 Komentar: