Dokter Didi sudah datang, tepat ketika rasanya si Tutuy hampir melompat keluar.
"Tarok kakinya di sini ya," kata Oom Didi.
Di pinggang belio? Wah...kok takut kurang ajar ya?
"Iya, nggak papa."
Jadilah kaki kananku nyangsang di pinggang Oom Didi. Abi memegang tanganku. Aku jadi merasa lbh confident.
Walopun Tutuy sepertinya dah mo lompat, tp ternyata gak segampang itu mengeluarkan dia. Aku baru pernah ikut senam hamil sekali walopun pernah diajarin Oom Didi waktu periksa, jadinya agak gak tau cara ngeden (ato lupa?). Karena itu, terpaksa seorang suster (yang ternyata bidan senior di situ) membantu aku dengan cara neken perut.
Jam 17.15
Hm...kayaknya aku dah mulai tau gmana caranya ngeden yang bener. Yak, ngeden! Mulai keluar lebih banyak itu kepala.
Lanjut...
Yak...
"Istirahat dulu sebentar," kata Oom Didi. "Ambil nafas."
Sip.
"Yak, mulai lagi."
Duh padahal dah berasa capek gitu. Tapi, jangan menyerah!
Jam 17.35
"Ayo, dikit lagi."
Ngeden!
Jam 17.40
"Owek...owek..."
Alhamdulillah.
Abi mencium keningku.
Hana diselimutin, terus dikasih ke aku. Ya Allah...indahnya momen itu. Hana dalam pelukan. Abi di sisiku. The most beautiful and precious moment in my life.
Hana menyusu--walau sepertinya belum keluar ASI-ku, tapi katanya bagus untuk merangsang keluar.
Indah.
Abi mengadzani Hana.
Tak lama, terdengar suara adzan.
Tapi sayang, baru keesokan harinya aku bisa melihat Hana lagi. Aku pendarahan. Rasanya rinduuuu sekali.
Dan, ketika esoknya kumelihat Hana lagi, tak lama kemudian ia harus masuk ruang PERINA karena muntah2.
Tapi, syukurlah, beberapa hari kemudian, Hana bisa pulang, dalam keadaan sehat.
Alhamdulillahirobbilalamin.
Labels: aku, cinta, hana, keluarga, ulang tahun
Selamat ulang taon buat HAna.... Semoga jadi anak pintar, sehat kesayangan keluarga.